CeritaDewasa Mama Binal Nia "Bagus haris, segeralah kamu ceraikan istrimu itu. Dengan begitu, saya akan langsung memilikinya" pak arso tersenyum puas di dalam ruangannya setelah menguping pembicaraan haris sehingga tidak mengetahui kalau wanita itu sudah angkat kaki dari tempat kos miliknya. Andai ke jdua lelaki itu sudah menyadari CeritaDewasa - Indahnya Ngentot Dengan Ibu Tiri. Cerita Dewasa - Indahnya Ngentot dengan Ibu Tiri - Setelah 2 thn kepergian ibu keluarga kami banyak berubah begitu pula aku, memang aku, anak yang tergolong bandel, suka keluar malam dan minum akohol walaupun hanya untuk fun.. Kelas tiga pun mulai ku jalani, aku ingin membuat ayah bangga walau pun, ayah sayang ama kaka tari, jadi aku di Terserah Wendi saja sayang. Hari ini, adalah harinya Wendi. Mama ngikut saja apa maunya anak mama," kataku lembut. "OK, Ma. Hari ini harinya Wendi. Besok sampai minggu, harinya mama. Malam ini kita di kamar saja. Aku tak mau ketemu dengan orang yang naik Toyota Biru itu," katanya geram. Nampaknya penuh dendam. Aku menghela nafas. Kemudiandia berlalu sambil tersipu. Malemnya, Narti papasan ma aku ketika dia mo kembali ke kamarnya. "Mo merintih lagi Ti", godaku. "Ah mas nggodain Narti aja nih, kan malu, mana diintip lagi". "Abis kedengaran, aku kira kamu sakit, gak taunya lagi nikmat. Kok dadakan ngilik sih". "abis liat mas tlanjang". Akutinggal di rumah kost2 an istilahnya rumah berdempet2an nehada tetanggaku yg bernama Ibu Tiara, berjilbab umurnya sekitar 33 taon, anaknya dah 3 booyang paling besar masih sekolah kelas 5 SD otomatis yg palg kecil umur 1,8 bln, sedangkan suaminya kerjanya di kontraktor (perusahaan) sebagai karyawan saja. CeritaDewasa "Tiduri Aku Ibu!!!" (BB 17+) TS bunda20 . 18-07-2013 13:22 . Kaskuser Posts: 205. View first unread Adit tidak bisa meneruskan kalimatnya, karena Dina mengangkat kakinya perlahan, sehingga kepala Adit berpindah ke bagian pinggir tempat tidur. Rabu 02 Juni 2021. Cerita Dewasa Istriku Selingkuh. Pesona Pelangi | Cerita Dewasa Istriku Selingkuh - Sudah hampir 2 tahun sejak aku menikah dengan Vani, istriku yang cantik. Saat kami kuliah, kami berpacaran. Vani merupakan bunga kampus yang diperebutkan oleh banyak pria. Saya beruntung mendapatkannya dan menikahinya sekarang. UmkPGO. Aku seorang pria umur 31 th, namaku Hikam. Kehidupan sex ku masih OK. Belum lama ini aku mencoba mengingat-ingat, berapa banyak perempuan yang sudah aku gauli. Terlalu banyak untuk diingat. Beberapa wanita STW pun sudah aku setubuhi. -Ibu Henny, Istri seorang usahawan terkenal. Tubuhnya mulus kulitnya halus, susunya keras, tempiknya kesat, liang senggamanya yang sempit masih harus aku lebarin lagi, mulut dengan bibir merahnya belum aku sumpalin kontolku, lubang anusnya belum aku jejalin kontolku -Ibu Yanti istri seorang pejabat pemerintahan. Tubuhnya bahenol teteknya gede kencang, barangnya OK, lubang memeknya sesak, mulutnya udah lihai mensepong kontolku, lubang anusnya barusan aku sumbat sama kontolku, aku mesti ngesex dia dengan lebih kasar, aku mau siksa dia lebih lagi. -Ibu Diah, wanita sempurna luar dalam, cantik, pinter, gesit, pakar di ranjang, tetanggaku yang memiliki tubuh montok buah dadanya indah, liang kemaluannya kecil, vaginanya yang bisa empot ayam nikmat sekali, oral sexnya belum aku rasakan, lubang anusnya belum aku jajal. Ibu Diah mutiara indah yang mesti aku jaga -Nuniek istriku yang bangkit kembali gairahnya, besar lagi nafsunya, sip lagi polah permainannya di ranjang, ***** Pagi Hari Dengan Ibu Henny Sekitar dua minggu lalu aku berhasil meniduri Ibu Henny, umur 40 th, dan bekerja di daerah Jl. Sudirman. Pagi itu Bu Henny dapat meluangkan waktu sampai siang hari, maka pagi hari jam 7. 00 aku jemput dia di tempat yang sudah ditentukan. Tentu saja aku persiapkan diriku dengan minum vitamin dan obat yang menambah keperkasaanku. Begitu ketemu, Bu Henny terus masuk mobil, aku cium dia yang kelihatan manis sekali dalam BLus putih celana panjang coklat dengan BLazer warna krem. Wangi sekali Ibu ini dan sangat fresh. Kami berdua meluncur ke sebuah motel di JakTim. Singkat cerita sesudah masuk kamar dan dua kali terganggu telpon dari receptionist dan room boy yang menagih pembayaran kamar serta membawakan pesanan makanan dan minuman, aku mulai foreplay yang semakin panas dengan Bu Henny. Puncak birahi didaki, dalam kamar hanya ada dua anak manusia yang memadu nafsu, dua tubuh bugil bertindihan, lelaki diatas perempuan dibawah, bibir berpagutan, tangan lelaki meremas susu tangan perempuan mencakar, kontol menyodok tempik menjepit, batang kemaluan lelaki mengaduk pantat perempuan menggoyang nafas semakin memburu, detakan jantung semakin berdegup, desahan, desisan dan rintihan semakin keras bak orkestra klasik menuju irama crescendo Pose berganti, Ibu Henny aku miringkan, aku remas susunya dari samping belakang, aku cium lehernya, aku gigit-gigit punggungnya dan aku tusukkan batang kemaluanku yang berdiameter besar ke lubang tempiknya. "Aduh Mas.", teriak Bu Henny. Memang posisi miring menjadikan lubang perempuan menjadi lebih sempit tapi menjadikan lebih legit dan lebih enak, kontolku lebih terjepit sementara lubang Ibu Henny yang menyempit jadi lebih merasakan nikmat gesekanku aku terus kocok-kocokkan kontolku sambil tanganku meremas gundukan tempiknya dan menggelitiki itilnya permainan dengan dua pose ini sekitar 30 menit dan akhirnya disempurnakan dengan siraman air maniku kedalam rahim Ibu Henny. crot. crot. crot. crot. entah berapa cc cairan hangat itu aku tumpahkan kedalam tubuh Bu Henny yang menyambutnya dengan jeritan panjang."Maas. aduuh. enaak. Maas." Waktu menunjukkan jam 10. 00, ketika aku masih berbaring telanjang berbalut handuk dan Bu Henny ada disampingku dengan memakai handuk juga, setelah berdua membersihkan diri. dan makan serta minum pesanan tadi. Aku belai rambut Bu Henny dengan penuh sayang, aku kecup bibirnya, sambil kita bercerita soal pekerjaan masing-masing. Ala mak, adik kecil ini mau lagi. Kontolku keras lagi. Aku bangun dan terus menarik handuk yang dipakai Bu Henny tubuh sexy yang tergolek pasrah ini mesti disetubuhi lagi. Aku mulai permainan dari atas ke bawah. "Mas, geli Mas, jangan Mas", rintih Bu Henny waktu jari-jariku menyibak belahan kemaluannya. "Tahan dikit, Bu", rayuku sambil terus menyibak dan terus mengelus-elus bibir bawah yang lembut itu. Aku buka melebar belahan itu, kelihatan merah, dan kacang merah itu benar-benar merah itil Bu Henny seukuran kacang merah besar dan merah sekali. aku cium daging nyempil itu aku sedot dalam-dalam hingga Ibu Henny menjerit. Tapi mana aku peduli dengan jeritan Bu Henny, aku terusin sedotan itu dan aku masukin lidahku kedalam lubang berdinding lembut berwarna merah aku jilat-jilat sampai dalam aku gelitikin Bu Henny menggelinjang, tubuhnya berkelejotan, tangannya menjambak rambutku enggak tahan dia dengan gelitikkan lidahku didaerahnya yang paling sensitive. Sengaja aku lama-lamain oral sex-ku. "Udah Mas, udah.". Tapi aku terus aja dan makin hot lidahku naik turun membelai belahan tempik Ibu Henny. Ada sekitar 20 menit. Kontolku sudah keras sekali, kepalanya udah sangat mengkilat. Aku mau tancapkan kontolku. Aku pindahkan posisi tubuh Ibu Henny, badannya berbaring melintang dengan pantat setengah menggantung, kaki terjulur kebawah. Aku angkat kedua kakinya, aku buka lebar-lebar, aku naikkan dan tahan diatas pundakku. Bu Henny hanya mendesis dan pasrah, aku senang melihat mimiknya, matanya setengah terpejam, mulutnya setengah terbuka, tangannya diatas kepala, dia menunggu tempiknya yang mungil siap ditusuk kontolku. Aku juga sudah enggak tahan lagi, Ibu Henny yang bertubuh ranum dan belum berpengalaman banyak dalam permainan sex ini perlu segera dipenuhi hasratnya, dipuaskan nafsunya. "Mas, sakit Mas", jerit Ibu Henny waktu kontolku aku tusukkan kedalam lubang kemaluannya. Memang aku agak kasar, enggak seperti permainan pertama tadi. Aku peluk kedua pahanya, agak aku tarik, aku agak kebawah sehingga kontolku menyodok-nyodok dari posisi yang pas sekali. tusuk-tusuk-tusuk kocok-kocok kiri-kanan kontolku perkasa sekali mengaduk-aduk tempik Bu Henny yang enggak aku beri kesempatan mengatur nafas. Kedua tangannya turun kebawah, kesamping perutnya memegang sprei dan kepalanya menggeleng kekiri-kekanan aku senang melihat polah dia aku suka memandang dia aku siksa dengan kejantananku. Aku mulai agak ...merapat, pantat Bu Henny yang kenyal jadi sasaran remasanku, susu Bu Henny bergantian kiri kanan aku sedot dan sedot sampai akhirnya untuk kedua kalinya aku muncratkan airmaniku kedalam lubang kenikmatan Bu Henny. "Maas. maas. maas". Aku tahu Ibu Henny puas sekali Jam 11. 30 persis kami meninggalkan motel, menuju kantor Bu Henny. Dia enggak mau makan siang dulu. Aku antar dia, sebelum turun aku sun dia. Belum sempat aku ngomong dia sudah bilang dulu"Thanks ya Kam". "Aku yang thanks berat Bu", jawabku agak gagap. Aku ikutin dia melangkah dengan lenggang menawan masuk ke gedung kantornya, dia menoleh dan melambai kecil Aku tersenyum dan terus tancap gas, aku menuju mall PS mencari makan. Di jalan aku berjanji, aku mau mengebor lagi tempik Bu Henny biar lubang itu tambah lebar Siang Hari Dengan Ibu Yanti Sesudah makan di food court mall PS, aku beli roti di super market yang ada di basement. Sesudah itu rencanaku mau pulang enggak masuk kantor. Waktu antri mau bayar di kasir, tiba-tiba ada suara wanita memanggil aku dari samping, aku menoleh dan belum tahu siapa dia. "Mas Hikam lupa ya?" "Sorry, siapa ya?". "Aku, Bu Yanti yang di Setiabudi dulu". "Oh, Ibu Yanti ya, aduh sorry lho, aku enggak ingat, habis sekarang udah berubah sich". Sesudah selesai membayar, belanjaan Yanti enggak banyak, kami keluar. Aku tanya mobil dia dimana, dijawab kalo dia enggak bawa mobil karena dia didrop sopir yang ngantar suaminya ke airport. Dia rencananya mau jalan-jalan terus fitness dan BL. Akhirnya aku mau antar dia kerumahnya didaerah Tebet. Dalam mobil kami banyak cerita, soal anak, soal pekerjaan, soal keluarga. "Mas Yus banyak keluar kota Mas. Kalo enggak keluar kota juga cuman kerja aja dikantor sampai malam. Maklum pegawai negeri eselon II kan banyak gawenya". Sepertinya dia mengeluhkan sesuatu dan ini aku tangkap sebagai kesempatan baik. "Yach, banyak kerja dan banyak keluar kota berarti banyak dokat dong Bu", kataku sambil aku memberanikan diri memegang lututnya. "Ya, enggak juga lah, semua ada plus minusnya", sahut Bu Yanti tanpa menepis tanganku. Percakapan semakin akrab, dia menjadi agak manja. "Nih, tangannya mulai nakal, kan". "Habis tangan enggak pernah sekolah, sich", jawab aku dengan tetap menaruh tangan semakin menekan dan keatas. "Ih, nakal nih", kata Bu Yanti sambil menyentil tanganku. Aku pandang dia dan aku beranikan bilang"Bu, kita cari tempat ngobrol yang enak, yok". "Kalo Mas Hikam punya waktu, aku mau aja sich, tapi dimana?". Ini dia, pucuk dicinta ulam tiba. "Kita muter-muter aja dulu, entar kalo ketemu kita berhenti", ucap aku yang udah mikirin mau masuk motel lagi aja. "Terserah Mas Hikam lah". Akhirnya aku arahkan mobil ke motel yang tadi pagi aku pakai. Sesudah sampai disana, room boy mengarahkan ke kamar yang aku pakai tadi pagi juga dan parkir didalamnya. Ibu Yanti bertanya"Mas, sering kesini ya?". "Enggak koq, cuman tahu dari teman aja". "Tahu atau tahu.", goda Bu Yanti yang terus bilang"Kita ngobrol aja lho, jangan ngapa-ngapain, ya Mas". "Iya, Bu", kataku. Akhirnya sesudah agak lama merayu di mobil, Bu Yanti mau juga masuk kedalam. Room boy kelihatannya yang tadi dan tersenyum melihat aku yang datang sama perempuan lain lagi. Singkat cerita sesudah urusan bayar membayar dan pesan memesan selesai, aku pangku Bu Yanti di sofa, aku usap-usap pipinya yang kenyal dan berkulit halus sekali. Bu Yanti memang mulus dan singset karena kerjanya cuman berdandan, fitness, BL, belanja, sesudah enggak kerja lagi di kantor swasta. Umurnya yang 42 th terlalu tua untuk tubuhnya yang sangat sintal, meski sudah berputera dua. Sambil terus mendengarkan cerita Bu Yanti, yang dari dulu memang sangat ramah, aku cium keningnya, aku kecup bibirnya dan aku mulai merapatkan pelukan sambil mencium bibirnya. Dari obrolannya, aku menangkap suatu kekecewaan Ibu Yanti dengan suaminya dan kelihatannya dia kesepian. Aku enggak mau melepaskan peluang emas ini. Aku pagut keras bibir merahnya, aku isap, aku cium lehernya hemm wangi sekali perempuan ini dan wangi ini aneh sekali pengaruhnya seakan membius aku mengajak kedalam kesenangan syahwati. Aku menjadi agak liar, aku remas buah dada Bu Yanti dari luar BLus warna merah mudanya, aku lepasin kancingnya dengan cepat, aku buka BLus itu, aku lemparkan ke kursi sebelah. Aku perosotkan beha dia yang masih membungkus buah dada yang besar, lebih besar dari punya Ibu Henny tadi. Aku cium-cium buah dada itu, aku buka behanya dan aku taruh ditempat BLus tadi. Puting yang berwarna coklat itu mulai mengeras, aku pelintir-pelintir, aku cium dan aku gigit-gigit. Bu Yanti enggak menolak sama sekali. Dia merintih keras, "Auch. auch. auch.". Aku makin gila, aku gigit bergantian buah dada itu, lama sekali aku gigit sambil tanganku turun kebawah membuka rok Bu Yanti yang berwarna hitam. Bu Yanti menjerit keras, gila keras banget, dan waktu aku lepas gigitanku memang ada cupang di buah dadanya sebelah kiri. Aku mau bikin seimbang, aku gigit lagi yang sebelah kanan, sampai ada cupang dan Bu Yanti berteriak lagi. Tapi aneh, dia enggak melarang sama sekali, jadi aku pikir kalo Bu Yanti ini tipe wanita yang suka dikasarin. Aku bangkit dari sofa dan jongkok didepan Bu Yanti, aku perosotkan roknya aduh putih sekali pahanya, mulus sekali kakinya yang panjang itu aku elus dari bawah keatas, sampai pangkal pahanya. Dia menggelinjang dengan belaianku, tapi justru saat dia menggelinjang aku tarik CDnya, aku lepaskan dan lempar entah kemana. Munculah daging cembung besar dengan rambut hitam keriting yang lebat. Aku mau menikmati serabi Bandung ini, maka aku tarik Bu Yanti dan sambil aku rangkul aku dorong dia ke meja kayu yang kelihatannya khusus buat acara 'buka duren'. Bu Yanti pasrah sekali, badannya terbaring diatas meja, buah dadanya besar padat menjulang, pantatnya yang besar menyangga vaginanya yang gembul. Aku pandangin tubuh molek itu, aku angkat pahanya. dan aku serang serabi belah saus istimewa itu dengan serudukan mulutku, aku acak-acak jembutnya dengan usapan mulutku, sementara tangan-tanganku dengan ahlinya meremas-remas buah dada yang menantang itu. "Maas, Maass. Mass.", Bu Yanti berteriak dan gila baru kali ini aku tahu ada wanita teriak begitu keras waktu dikerjain. Jariku mulai menyibak belahan kemaluannya, aku usap-usap dan aku cari kelentitnya lain perempuan lain kelentitnya kalo Ibu Henny punya seperti kacang merah besar, Bu Yanti punya seperti kacang mede, yang aku heran kenapa kacang mede merah Bu Yanti menyembul keluar, jadi gampang dan enak sekali dimakan. Betul-betul aku kunyah kacang mede Bu Yanti, dia semakin teriak kencang, aku masukin jariku kedalam lubang perempuannya aku korek-korek dinding yang hangat lembut didalamnya gantian aku masukin lidahku kedalamnya, aku jilati habis kelamin Bu Yanti luar dalam. Ada sekitar 20 menit oral sex ini, sementara tanganku sudah kemana-kemana dan aku surprised banget sama pantat Bu Yanti yang benar-benar bulat dan besar padat, pantat yang pantas 'dihajar'. Tapi sebelumnya aku mau permainkan dulu kelentit Bu Yanti, maka aku masukin kontolku yang keras, aku tancap keras-keras hingga Bu Yanti menjerit lagi. "Mas, pelan-pelan Mas, aku sakit.". Aku tekan dalam-dalam sekitar 10 kali sambil tanganku mencengkeram pahanya yang indah sekali yang ada dipundakku. Aku maju sedikit, aku keluar-masukinin kontolku mencongkel-congkel kelentit Bu Yanti, dia semakin menggelinjang. "Auch. auch. auch.", itu saja yang dia bisa keluarkan. Belum puas aku menghajar kemaluan Bu Yanti, mendadak Bu Yanti bangun dan bilang"Mas, kita pindah ke ranjang". "OK", kataku. Bu Yanti cepat bangun dan menarik aku ke ranjang, dia bilang"Aku mau diatas". Aku senang sikap dia, aku berbaring dan Bu Yanti sendiri yang aktif mengarahkan kontolku ke lubang kemaluannya yang sudah tepat diatas kontolku, karena dia jongkok diatas pinggulku menghadap aku. Bleess pistol tumpul itu sudah dijepit kemaluan Bu Yanti. Dia menaik-turunkan pantatnya kencang sekali, dia aktif sekali, nafasnya panas menggebu, tangannya berpegangan pada tanganku, kepalanya bergoyang sehingga rambutnya yang cukup panjang berderai-derai. cukup lama dia beraksi, sementara aku enak-enak diam saja karena bisa memeras susu besar yang menggelantung sepuas-puasnya tanganku turun kebawah meremas pantat bulat besar Bu Yanti aku remas-remas dan aku beranikan tampar. Bu Yanti hanya berteriak, jadi aku semakin berani menampar-nampar pantatnya makin lama makin keras dan pantat itu memerah Bu Yanti belum puas juga menggesekkan dinding-dinding lubang kemaluannya dengan kontolku, dengan tetap kontolku tertancap, Bu Yanti membalikkan badannya membelakangi aku dan mulai naik-turun cepat sekali sambil mengaduh-aduh dia geser kesana kemari memuaskan nafsunya, aku tetap menampar-nampar pantatnya yang menjadi merah sekali. Sesudah sekitar 25 menit permainan di ranjang, bendunganku mau jebol, maka aku bangkit dan aku rangkul Bu Yanti dari belakang, dengan meremas susunya dan menekan pahanya aku pancarkan air maniku kedalam kemaluan Bu Yanti ada surprise lagi Bu Yanti bangkit dan berbalik, dia tangkap kontolku yang memuncratkan air mani itu, dia masukin ke mulutnya, dia isap-isap air mani yang melekat di kontolku dia telan habis cairan hangat yang tersisa Sekitar jam 3. 00 aku masih berbaring di tempat tidur. Capek Bu Yanti sudah mandi sekitar 10 menit lalu, sekarang pakai beha dan CD, Dia kasih aku makanan kecil dan minuman. Bu Yanti lebih banyak bicara, dia kasih nomer telpon dan HPnya, aku juga, dan akhirnya Bu Yanti buka rahasia kalo suaminya sangat lemah di ranjang, paling sekali sebulan dia main, itu saja sebentar dan tidak berkwalitas. Aku kecup dia untuk membesarkan hatinya. Bu Yanti melihat kontolku mulai bangun, dia pegang dan dia elus-elus. menjadi besar dan keras lagi Bu Yanti pindah posisi didepanku, dia lepas behanya dengan gerakan pelan menggeliat, dia buka celana dalamnya dengan godaan kaki terbuka "Kamu sebetulnya pintar memuaskan laki-laki, Bu", aku enggak tahan berkomentar. "Ach, Mas bisa aja", kata Bu Yanti. Ibu Yanti yang aktif mencium-cium aku, sementara aku bersandar, semuanya dia jilati, bulu kudukku berdiri semua dengan kecupan-kecupan halus Bu Yanti, pentilku juga dia jilat dan buah dadanya menyentuh-nyentuh kontolku, kemudian dia jepit kontolku diantara buah dadanya yang besar, dia naik-turunkan gaya French Fuck, dia pegang kontolku, dia kocok-kocok sementara aku sedikit dimiringkan karena dia mulai menjilati pantatku, menjilati selangkanganku menyedot biji pelerku mengulum kepala kontolku dan mengisap-isapnya dalam-dalam di mulutnya yang merah merekah. Timbul pikiran jahatku untuk menjadikannya 'budak seks'. Setelah aku tekan kepala Bu Yanti keras-keras supaya kontolku mentok di tenggorokannya, aku bangkit berdiri diatas ranjang dan menarik Bu Yanti supaya berlutut dan tetap men-sepongku. Aku berdiri tegap sementara rambut Bu Yanti aku tarik-tarik, aku agak mundur menyandar di dinding, Ibu Yanti mengikuti gerakanku tanpa melepas jollynya dia terus isep dan kemaluannya aku mainkan dengan jempol kaki kananku, aku gesek-gesek rambutnya, aku jembreng-jembreng mulut kemaluannya dengan jari-jari kaki, aku gosok-gosk dengan telapak kakiku jempol kakiku masuk kedalam lubang kemaluannya sementara jari telunjuk kaki diluar, keduanya menjepit bibir kemaluan Bu Yanti, aku naik turunkan Bu Yanti hingga dia berteriak kesakitan"Sakit maas". Aku pindahin ke kelentitnya, aku gesek-gesek dengan jempol kakiku Aku enggak tahu perasaan Bu Yanti, tapi inilah bukti kangkanganku yang sakti terhadap Ibu Yanti. Aku berbuat kasar, aku cabut kontolku dari mulut Bu Yanti, aku berpindah dibelakangnya, aku suruh dia menungging, aku tekan kepalanya dan aku majukan kakinya. yah bagus sekali dia menungging, pantatnya terangkat tinggi-tinggi, sementara kepalanya nempel dikasur. Dari belakang aku usap dulu kemaluan Bu Yanti yang sudah memerah, dia goyang kekiri-kekanan menahan geli, aku lebarin kakiknya, indah sekali lekuk liku tubuhnya. Aku tancap aja kontolku kelubang kemaluan Bu Yanti. "Aduh", teriaknya, tapi aku enggak peduli, aku genjot terus, aku tancap terus, aku sodok terus, bunyi ceplak-ceplak-ceplak terdengar teratur irama musik rock. Aku embat terus kemaluan Bu Yanti dengan gaya naikin anjing betina sekitar 10 menit dan tanganku mulai mengorek-ngorek lubang anusnya. Aku buka lebar-lebar, Bu Yanti mendesis. Tak ayal lagi, aku pindahin kontolku dari lubang kemaluan ke lubang anus Bu Yanti, Bu Yanti teriak lagi dan menggoyang-goyangkan kepalanya, aku lihat dia meneteskan air mata, tangannya mencengkeram seprei kuat-kuat. Aku perbaiki posisi, aku tarik pantat Bu Yanti lebih mepet ke kontoku, aku tekan kepalanya dan hajaran-hajaran kontolku membuat Bu Yanti teriak-teriak aku remas buah dadanya, aku pelintir pentilnya Ibu Yanti semakin teriak keras kesakitan, sebetulnya aku sendiri juga kesakitan karena kontolku terjepit lubang anus Bu Yanti yang kencang sekali. Tapi aku terusin hajaranku sampai sekitar 10 menit dan muncrat lagi cairan kental hangat dari kontolku. Kali ini Bu Yanti biarkan lubang pantatnya disiram air kejantananku, mungkin dia sudah kecapaian akhirnya dia jatuh tertelungkup di kasur dan masih juga aku tindihin dengan berat badanku yang 70 kg ini, aku masih menggiigit punggungnya yang putih mulus dan memencet pentilnya, dan memepetkan kontolku di pantatnya yang bulat besar Yanti sesenggukan meneteskan air mata. Tiba-tiba dia berbalik dan aku didorongnya, aku ditindihnya dan dipukulinya dadaku bertubi-tubi, sambil Bu Yanti teriak-teriak"Mas, koq gini sich jadinya, Mas enggak jaga aku, Mas gila". Aku biarkan Bu Yanti puas memukuliku, aku biarkan Yanti melepas emosinya, emosi seorang isteri yang barusan selingkuh Sesudah reda tangis Bu Yanti dan tenang hatinya, aku ajak dia mandi bersama, aku sabunin seluruh tubuhnya, terlebih bagian terpenting buah dada dan kemaluannya. Selesai mandi kami berpakaian, minum minuman yang masih ada. Bu Yanti semprotkan parfumnya lagi, wangi kembali tubuhnya. Kami meninggalkan motel sekitar jam 5. 00. Aku antar dia ke Tebet, selama perjalanan dia manja sekali bak pengantin baru, dia sering cubit pahaku, tapi lebih sering lagi dia masukin tangan kanannya kedalam CD ku mengelus-elus kontolku yang sudah memberikan kenikmatan luar biasa buat Bu Yanti. Sebelum turun dari mobil Bu Yanti dengan cepat menyambar bibirku dengan bibirnya - takut kelihatan tetangga - cup-cup. Aku bilang padanya"Sorry, but someday we have to do it again". Bu Yanti hanya tersenyum dan menghilang masuk kerumahnya. Aku puas. WebSatu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus. Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk. WebCerita Sex – Ibu Rumah Tangga Ketagihan Selingkuh, Aku tinggal di kompleks perumahan elit di Yogyakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai Pegawai Negeri. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. WebSaat itu ibu akan bangun waktu ayah bersiap berangkat ke kantor untuk mempersiapkan sarapan dan pakaian ayah. Mereka akan sarapan bersama. Aku biasanya selesai mandi. Cerita Dewasa Ibu Angkat, 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis, MB, 1621, 112,289, Modal Nekat Cerpen, 2022-06-11T1200 3, Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube, 1280 x 720, jpeg, , 20, cerita-dewasa-ibu-angkat, KAMPION WebSafiq yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan. WebAdik Indra hanya bertahan hidup selama 4 hari saja karena organ-organ tubuhnya belum sempurna. Sang ibu meninggal setelah berjuang keras 3 hari setelah adiknya meninggal.. WebCerita Dewasa Mengajak Bersetubuh dengan Ibu. Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi. WebIbu Sania sebagai koordinator Uusan Dapur dan aku koordinator pemuda pemudi yang bertugas sebagai pager ayu dan pager bagus serta petugas kebersihan yang tugasnya. WebCerita Dewasa Nikmatnya Penis Ayah Angkat Ku Hingga pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan juga adikku, mereka ada acara keluarga di luar. WebBegitulah, sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus. WebAnis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis,. WebCERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAK Bokep Jepang September 24, 2018 FilmBokepJepang – Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. Tentang 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis populer Source Ku antar mama angkatku ke Kamar Cerita romantis Pernikahan trending Source perlu diketahui tentang Cerita Dewasa Ibu Angkat yg bisa anda simak3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita RomantisSetiap pulang sekolah aku tak terlalu banyak bermain, aku sudah bukan anak kecil lagi menghabiskan waktu diluar. Membereskan rumah, membantu pekerjaan ibu bahkan ikut membantu tugas-tugas sekolah ibu sudah menjadi rutinitas sehari-hariku.viral ceritapendek ceritamotivasiMampir juga ya di channel komunitas kami Sobat Dumay Bercerita Modal Nekat Cerpen Link video cerita pendek,kisah nyata,cerita romantis,cerpen romantis bikin baper,cerpen cinta,cerita romantis pendek,kisah cinta romantis,cerpen romantis,cerita,cerita cinta,cerpen romantis terbaru,cerpen,cerita cintaku,novel romantis,cerita pendek romantis,cerita pendek remaja,cerita motivasi,cerita cinta romantis,kisah romantis,viral,cerita pendek cinta,cerita pendek cerpen,cerita cerpen romantis,3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang-~-~~-~~~-~~-~- Please watch "Part 10 Kalau Mas Mau Pakai Kode Aja" -~-~~-~~~-~~-~- Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube sedang viralPicture from Bercocok tanam bersama ibu Nisa Cerita Dewasa PART 3 - YouTube Picture from Related image Kecantikan, Gadis cantik, Wanita cantik trendingPicture from Hangat - cewek cantik manis trendingPicture from Cerita Sex Pembantu Kos – Telegraph viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kosku Yang Punya Apem Sempit Karyakarsa trendingPicture from Cerita Dewasa Ibu Berhijab Ungu updatePicture from Kasihku buat Nabila Mak Buyong sudah 36 weeks.... populerPicture from PANDORAQQ ML Sama Ibu Boss Diruang Kerja Kantor viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kos Ku Yg Kurang Balaian Dari Suami Karyakarsa populerPicture from Kak Zizah mengemaskan pinggan mangkuk dan membawa ke sudah nyenyak Angkat aku,iaitu Mama Zu pulak sedang duduk berlunjur di depan pintu rumah sambil menarik nafas lega dan melihat ke arah pulak sedang menjuntaikan kaki aku dari lantai jeti di depan pintu laut Zu diam sebentar melayan fikirannya sambil memandang ke ombak yang menghiasi dada laut.“Mari duduk kat Mama Zu ni,Man…!!!”ajak Mama Zu yang menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah sambil menjulurkan kakinya di atas jeti depan orang yang lalu di kawasan itu sebab rumah itu adalah rumah penghujung.“Baik,Mama…!!!”sahut aku dan terus bangun dan duduk sebelah Mama semakin Zizah tidak timbul-timbul selepas makan malam dia keletihan Zu dan aku,duduk sebelah-menyebelah memandang ke laut dan mendengar deburan ombak.“Apa yang kau fikirkan tu,Man…???”tanya Mama Zu sambil tersenyum pada teus memandang ke depan dan ekor mata aku melirik melihat Mama Zu tersenyum manis.“Takde apa-apa,Mama Zu…!!!Man hanya melihat laut dan rezeki yang ada di dalamnya…!!!”jawab aku pada Mama Zu dengan bersahaja.“Ini kehidupan Mama Zu,Man…!!!Adawaktunya takut,khuatir suami pergi ke laut menangkap ikan…!!!Adawaktunya bongeng,bosan dan sendirian sebab suami jugak pergi ke laut menangkap ikan…Tapi sudah lama-lama,tak kisah…!!!Bosan tu yang buat Mama resah,Man…!!!”kata Mama Zu sambil mengosok kakinya yang putih melepak dengan betisnya bunting kaki dan tangannya kecil dan aku terbau aroma tubuh Mama Zu yang sangat Zu pun terus meletakkan telapak tangannya ke peha aku yang Zu melihat lekuk dan bentuk batang kote aku dari luar seluar Mama Zu mengusap peha aku yang menyetir sensasi terus ke batang kote pun terus menutup mata aku sambil menyandarkan kepala aku ke terus membiarkan tangan Mama Zu meraba-raba peha aku dan kemudian menyentuh batang kote aku dari luar seluar itu telah membuatkan dada aku Mama Zu sudah memegang batang kote aku dengan kedua-dua belah tangannya dari luar seluar Zu pun terus membelai dan mengocok perlahan dan aku pun mula pulak terus melondehkan kemban kain batik Mama pun terus membukak mata aku dan melihat sepasang kedua-dua tetek Mama Zu yang segar dengan puting berwarna hitam kecil,lalu aku pun terus Zu terus menarik nafas dan menutup matanya.“Uuuuu,Man…Apa ni,Man…???Panjang dan besarnya batang kote Man ni,Sayang…!!!Mama nak tengoknya sebelum ni la,Sayang…!!!”kata Mama Zu pada aku,lalu Mama Zu pun terus mengeluarkan batang kote aku dari celah seluar dalam aku.“Wahhh…!!!Besarnya la,Sayang…!!!”kata Mama Zu pada aku.“Kedua-dua tetek Mama Zu jugak besar dan cantik,masih keras dan tegang lagi…!!!”kata aku sambil meramas kedua-dua tetek Mama Zu pun terus pada angan tu,aku sudah menyelakkan kemban kain batik Mama Zu dan memegang lubang cipap tembam Mama Zu pun terus menguakkan bibir lubang cipap Mama Zu tu dengan jari-jemari aku dan lubang cipap Mama Zu tu sudah terasa basah,lalu aku pun terus menjolok jari aku ke dalam lubang cipap Mama Zu Zu tersenak dan mengalihkan bontot tonggeknya, kemudiannya Mama Zu pun terus memandang semula ke muka aku lalu mengucup bibir pun terus menyambut dan mengulum sambil bermain dengan lidah Mama Zu kemudiannya terus melepaskan pegangan di batang kote Zu pun kemudiannya terus membetulkan kemban kain batiknya,lalu bangun dan tangan aku terus ditariknya.“Jom masuk ke bilik tidur Mama,Sayang…!!!”Mama Zu mengajak pun terus bangun dan mengikut Mama Zu tanpa berkata Zu pun terus mengunci pintu bilik tidur Mama Zu,lampu bilik tidak terbukak dengan luas dan angin laut menyerbu deras mendatangkan pintu bilik sebuah almari jugak sebuah meja bercermin,meja solek Mama Zu la kerusi sedangkan tilam di atas lantai beralaskan cadar warna merah dan bantal tidak dihidupkan,hanya mengharapkan sinaran Zu kemudiannya terus melurutkan seluar aku dan terus menaikkan t-shirt aku dan terus membukakkannya melalui tangan aku mendepang ke Mama Zu pun terus membukakkan kemban kain batiknya dan terlihatlah oleh mata aku akan tubuh bogel Mama Zu yang dipanah cahaya tetek Mama Zu memang besar,perutnya yang sedikit buncit dan lubang cipapnya merimbun dengan bulu yang lebat yang putih dan tembam,kakinya yang berbunting pun kemudiannya terus merangkul Mama Zu dan melumati bibir wanita Zu pun terus memegang batang kote aku sambil mengocok dan membelainya kote aku sudah menegang,mengeras,kuat dan berdua pun kemudiannya terus saling berkucupan dan bertukar air liur dan saling jugak mengulum lidah antara satu sama jugak turut meramas-ramas kedua-dua tetek Mama ZU yang kini sudah aku pun terus membaringkan Mama Zu di atas tilam di bilik tidur Mama Zu Zu pun kemudiannya terus terlentang dan terus membukakkan kedua-dua belah pun terus menindih Mama Zu dan aku terus mengacah-acahkan batang kote aku ke lubang cipap Mama pun kemudiannya terus memulakan permainan lidah aku di tengkok dan cuping telinga Mama Zu sambil puting susu Mama Zu digentel dan kedua-dua tetek Mama Zu aku Zu terus mengerang dan menjerit merintih.“Mama sangat rindukan batang kote ni,Sayang…!!!Bapak angkat kau tu sudah tak boleh nak main seks dengan Mama lagi,Sayang…!!!Lama sebenarnya Mama sangat inginkan batang kote Sayang ni tapi…Issshh…!!!Tapi Man punya batang kote besar sungguh la,Sayang…!!!”kata Mama Zu sambil memegang keras dan meramas-ramas kepala batang kote pun kemudiannya mula menjilat kedua-dua tetek Mama ZU,menjilat di pangkal kedua-dua tetek dan bawah kedua-dua tetek Mama Zu Zu pun kemudiannya terus mengeliat dan pun dengan pantas terus melekapkan muka aku ke lubang cipap Mama situ aku mula menjilat biji kelentit,menjilat alur lubang cipap dan melidahkan lubang cipap Mama jugak aku bermukim di situ dengan lidah dan mulut dan memakan lubang cipap dengan Mama Zu semahu-mahunya.“Uuurrrggghhh…Aaarrrggghhh…Mama geliii…!!! Mama kegelian,Sayanggggg…!!!”jeritan Mama Zu membiarkan lubang cipapnya dijilat dan disedut oleh Zu turut jugak menghenjutkan bontot tonggeknya ketika menerima lidah aku di dalam lubang cipapnya.“Masukkan batang kote Man tu kat dalam lubang cipap Mama ni cepat,Sayanggg…!!!Mama dah tak tahan sangat rasanya sekarang ni,Sayanggg…!!! Mama Zu nak sangat,Sayanggg…!!!”desah Mama Zu pada desahan Mama Zu tu,aku pun terus menyediakan kedudukan untuk melakukan penetrasi batang kote aku ke dalam lubang cipap Mama aku pun terus memegang batang kote aku yang dah keras besar dan panjang itu,lalu aku pun terus merodok ke dalam lubang cipap Mama Zu buat kali pertama pada hari tersebut kali pertama secara keseluruhannya.Mama Zu pun terus mengangkat bontot tonggeknya menerima tujahan batang kote aku tu,lalu Mama Zu pun terus menjerit halus…“Aaaaarrrrrggggghhhhh…!!!Pelan-pelan sikit,Sayanggg…!!!Sakit la,Sayanggg…!!!Batang kote Bapak angkat kau tu pun tak besar dan panjang macam ni,Sayanggg…!!!Pelan-pelan sikit,Sayanggggg…!!!”ujar Mama Zu menahan sambil mengertap bibir kuyu dan nafasnya aku mencuba merapatkan batang kote aku dan menujah batang kote aku masuk ke dalam lubang cipap Mama ZU yang sudah berair tu…“Uuuuu…Sedapnya,Sayanggg…!!!Uuuuu…Gelinya, Sayanggggg…!!!”desah Mama Zu ketika menerima batang kote aku yang panjang walaupun Mama Zu telah menolak dada aku bila batang kote aku tu mahu aku rapatkan Zu pun terus membetulkan kedudukannya dengan membukakkan kedua-dua kakinya dengan luas dan mahukan batang kote aku habis ditelan oleh lubang cipapnya pun terus menghenjut dan batang kote aku merasakan lubang cipap Mama Zu mengizinkan batang kote aku dimakan habis sampai ke akhir liang lubang cipap Mama Zu tu.“Ooooo…Ooooo…Aaaaarrrrrggggghhhhh…!!! Uuuuurrrrrggggghhhhh…Mama dah sampai ke puncak sekarang ni,Sayanggggg…!!!”jeritan dan ngerang Mama Zu sambil ligat mengoyangkan pinggulnya melawan henjutan batang kote aku ke dinding lubang Zu merasakan dinding itu ditujah oleh kepala batang kote aku dengan ganas dan Zu merasakan kegatalan lubang cipapnya membuatkan dia mengemutkan batang kote Zu terus menjerit,mengekang dan menegang tubuhnya sambil menahan kenikmatan yang amat seks tersebut telah membuatkan Mama Zu sudah 3 kali mengalami klimaks seksnya kegelian permainan batang kote aku di dalam lubang cipapnya telah membuatkan dia hendak klimaks lagi.“Ooooohhhhh…Uuuuurrrrrggggghhhhh…!!!”jerit Mama Zu panjang dan Zu pun terus mengepitkan lubang cipapnya dan merintih-rintih serta meracau-racau kebahagiaan,sedangkan aku terus memacu dan mempompa batang kote aku tepat laju dan kuat ke dinding lubang cipap Mama ZU yang sudah kebasahan dan kebanjiran aku sendiri menjerit kuat dan berpeluh.“Man dah nak sampai ni,Mamaaaaa…!!!”desah aku sambil mengejangkan tubuh aku dan akhirnya aku pun terus memancutkan air mani aku ke dalam lubang cipap Mama Zu dengan banyaknya buat kali pertama pada hari tersebut kali pertama secara keseluruhannya.Kemudiannya aku pun terus membiarkan batang kote tegang dan keras aku berendam di dalam lubang cipap Mama Zu terus mengoyang-goyangkan bontot tonggek dan kakinya di langit menahan hentakan batang kote aku di dalam lubang terus menghenjutkan batang kote aku Zu terus menerima henjutan batang kote kami berdua kewalahan dan Mama Zu jugak dengan aku dan terus menarik nafas sambil mencium Mama Zu dan meramas kedua-dua teteknya dengan kuat dan keras.“Mama rasa puas sangatttt,Sayang…!!!Man memang sangat bagus buat Mama puasss,Sayang…!!!Sakit jugak lubang cipap Mama ni tadi tapi Mama rasa senang sangat seluruh batang kote Man tu boleh masuk ke dalam lubang cipap Mama ni tadi,Sayang…!!!”kata Mama Zu sambil mencubit hidung Zu menghela nafas dan ketawa seks yang cukup memberikan nikmat yang amat sangat telah membuatkan kami berdua bermandian peluh dan terasa pegal-pegal di seluruh Zu yang kewalahan dan keletihan kini sudah lelap dan hanya memerhatikan ombak dada Mama Zu………… Perkenalkan namaku Andre. Aku hidup di keluarga biasa saja di sebuah kota yang berjarak sekitar 100 km dari ibukota propinsi. Ayahku seorang Guru dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku seorang perempuan yang kini kuliah semester 3 di perguruan tinggi ternama di negeri kami berdua memang agak jauh. Aku sendiri masih duduk di kelas VI SD. Kehidupanku seperti anak biasanya, hanya saja mulai akhir kelas V ada sesuatu yang aneh terjadi. Aku sesekali ngompol tetapi yang kukeluarkan bukan air kencing tetapi sesuatu berwarna putih yang mempunyai bau khas. Karena takut atau malu aku tidak menceritakannya pada yang aneh juga, kemaluanku sering berdiri ketika melihat wanita-wanita cantik. Apalagi yang usianya jauh di atasku. Tidak jarang ibu-ibu. Mungkin aku mengidap Oedipus complex ya. Tapi kala itu aku masih tidak tahu apa-apa, pernah juga aku melihat burungku ketika berdiri, kutarik kulup burungku ketika berdiri sehingga bagian dalamnya tersembul lingkungan rumahku aku mempunyai seorang teman dekat. Namanya Arifin, kami setingkat dalam sekolah akan tetapi berbeda tempat. Rumahnya juga tidak seberapa jauh, hanya beda 5 rumah saja. Ayahnya seorang tentara yang sering dinas keluar kota. Kamis sering bermain dan belajar itu minggu pagi, di lingkungan kami diadakan kerja bhakti menyambut musim hujan yang sudah tiba. Aku tidak mengikutinya, hanya bermain dengan si Arifin di teras rumahnya. Ibunya juga sibuk menghidangkan kopi dan snack sebagai ganti suaminya yang tidak ikut karena dinas di luar kota. Tidak kusadari aku memperhatikan bu Iskandar, ibunya Arifin ketika lewat sambil membawa gelas dan mug sisa kopi.“Heh, ndelok’i opo Ndre? Heh, Liatin apa kamu? Tanya Arifin mengagetkanku. “Nggak Fin, ga opo-opo” Nggak kok Fin, Nggak apa-apa jawabku. “Halah, koen nek ndelog ibuku mripatmu koyok arep mencolot” Ah, kamu kalo liat ibuku matamu kayak mau copot gitu ujarnya lagi. Aku hanya tersenyum. “Eh, kapan koen arep sunat Ndre?“Eh, kamu kapan mau di khitan Ndre? tanyanya lagi. “Embuh Fin, wedhi aku, jarene loro” Nggak tau Fin, aku takut, katanya sakit jawabku. “Lha koen dewe kapan?” Lha kamu sendiri kapan? tanyaku balik. “Lho nek aku wis mari yo.. biyen jarene pas aku umur 2 taun” jawabnya. Lho, kalo aku sudah, dulu katanya waktu aku umur 2 tahun “Iya ta?“tanyaku lagi. “Iyo, malah manukku wis iso metu pejuh’e” Iya, malah burungku dah bias mengeluarkan mani jawabnya. Pembicaraan kami terhenti ketika bu Is lewat. “Fin, aku nang pasar yo. Ojo nang endi-endi, aku ga gowo kunci” Fin, aku ke pasar ya, jangan kemana-mana, aku ga bawa kunci ujar bu Iskandar kemudian berlalu.“Eh, pejuh iku opo Fin?” Eh, mani itu apa tanyaku. Akhirnya temanku itu menjelaskannya dan bisa kutarik kesimpulan bahwa yang kukeluarkan ketika mimpi itu adalah pejuh Sperma alias air mani. “Berarti pelimu wis iso ngaceng yo Ndre?” Berarti burungmu sudah bisa berdiri ya Ndre Tanya Arifin sambil mengangguk. “Edan koen Ndre, jare ibuku, iku baru iso nek wis sunat, tapi koen during sunat wis iso.. eh wis tau coli ta” tanyanya. Gila kamu, kata ibuku hal itu baru bias kalo kamu sudah dikhitan, tapi kamu belum, eh udah pernah onani ta?”Opo iku” jawabku. “Liane mimpi, pejuh iku iso ditokne dewe, ga ngerti ta?“Selain lewat mimpi, mani itu bias dikeluarin sendiri, kamu tahu nggak? Tanya temanku itu. Aku hanya menggeleng. “Beh, wenak Ndre rasane.. aku yo ketagihan, meh ben dino aku ngene” Wah, enak Ndre rasanya, aku juga ketagihan, hamper tiap hari aku ginian jawabnya sambil menunjukkan tangannya yang mengadegankan dari temanku itu aku tau cara onani yang akhirnya jadi bagian dari kehidupan masa kecilku. Suatu hari, ketika itu liburan Cawu II aku bermain di rumahnya Arifin. Setelah lelah bermain monopoli, kami pun ngobrol. Entah kenapa tiba-tiba arah pembicaraan kami ke hal yang berbau sex. “Eh, koen nek coli sering mbayangne sopo Fin?“Eh, kamu kalo onani sering membayangkan siapa? tanyaku. Temanku itu tersenyum. “akeh Ndre, hamper semua ibu-ibu di sini tau dadi imajenasiku” Banyak Ndre, hampir semua ibu-ibu disini pernah jadi bahan imajenasiku jawabnya sambil tersenyum. “Berarti ibuku yo tau Fin” Berarti ibuku juga pernah? tanyaku. “Yo jelas lah Ndre.. ibumu iku top! Susune guedhe, sering ga gawe BH kan yo” Ya jelaslah Ndre. Ibumu itu top banget, payudaranya besar, sering ga pakai BH kan ya? jawabnya lagi yang membuatku cemberut. “Halah, ga usah ngamuk Ndre.. koen yo paling sering mbayangne ibuku” Halah, nggak usah marah Ndre, kamu juga paling sering membayangkan ibuku ujarnya lagi.“He eh.. iya” jawabku menyadari kenyataan. “Nek susune ibuku cilik Ndre” Kalo ibuku payudaranya kecil Ndre ujarnya lagi. “Kok weruh koen?” Kok kamu tahu pancingku. “eh, aku sering ngintip ibuku adhus” Iya aku sering ngintip ibuku waktu mandi jawabnya sambil setengah berbisik. “Gendeng kon” Gila kamu kehidupan masa kecilku, normal-normal saja sampai ketika aku memasuki kelas 1 SLTP. Aku dan Arifin masih tidak satu sekolah sekolah. Hingga suatu hari terdapat acara di sekolahku sehingga baru pukul pagi semua siswa dipulangkan. “Pak Mo, ga mungkin jemput kl jam segini” pikirku. aku pun berjalan kaki langkahku ketika mendekati rumah Arifin, temanku. Pandanganku tertuju pada becak pak Mo yang terparkir di depan rumah. Lingkungan kami memang tergolong sepi kalau pagi hari. Banyak yang bekerja meskipun itu para ibu-ibunya. Pak Mo itu sendiri adalah tukang becak yang biasanya antar jemput aku dengan Arifin di kampung sebelah. “Mungkin si Arifin juga udah pulang” pikirku. Aku segera mampir ke rumah yang sepi itu. Tidak ada tanda-tanda ada pemiliknya. Pak Mo sendiri memang sering diminta tolong warga sekitar untuk membantu bersih-bersih atau hanya sekedar mengangkat sampah atau membeli elpiji. Karena pintu utama terkunci aku akhirnya ke samping rumahnya Arifin yang tembus di bagian belakang rumah terdengar suara di salah satu kamar yang biasanya digunakan Bu Is setrika. Entah kenapa saat itu aku penasaran. Aku berjalan seperti maling, mengendap-endap menuju asal suara itu. Pintu ruangan itu sedikit terbuka. Suara itu semakin jelas. Suara seperti orang kepedesan dengan nafas yang aku terkejut ketika melihat bu Iskandar sedang menaiki tubuh pak Mo yang tergolek beralaskan tikar. Pinggul wanita yang masih memakai daster itu bergoyang maju mundur kadang-kadang diputarnya. Mulutnya meracau. Sedangkan pak Mo tidak melepas seluruh bajunya hanya celananya saja yang saat kemudian desahan bu Is semakin kencang. “SSStttsss… ooccchh… aku arep metu pak… aku arep metu pak… ooocccchhhhhh” SSStttsss… ooccchh… aku mau keluar pak… aku mau keluar pak… ooocccchhhhhh jerit bu Is.. tubuhnya mengejang, kepalanya sampai menengadah. Matanya saat kemudian tubuh bu Is ambkruk di sebelah pak Mo. Baru itu kemaluan pak Mo terlihat jelas. “Ayo pak, ndang tokne wis”Ayo pak, cepet keluarin wis kata bu Is dengan suara berat. “Ojo suwi-suwi.. aku wis metu kok” Jangan lama-lama, aku dah keluar/klimaks kok kata bu Is sambil mengakangkan kedua kakinya ketika pak Mo berlutut di menyibakkan dasternya sampai ke perut sehingga bagian kewanitaan bu Is sekilas terlihat olehku yang lalu tertutup tubuh pak Mo yang menindihnya. Hanya beberapa menit kulihat pak Mo pun mencapai puncak kenikmatannya. Sejenak mereka terdiam. Aku yang menyaksikannya semakin terangsang. Itu pertama kali aku melihat adegan kedua orang itupun berdiri. Kulihat kemaluan pak Mo yang masih terbungkus kondom itu sudah mulai melemas. “Buang kondomnya jauh ya pak” ujar bu Is sambil menyerahkan celana pak Mo supaya lelaki itu cepat memakainya. “Inggih bu” Iya bu sesaat kemudian pak Mo beranjak. “Jangan lupa tutup pintunya pak” pesan bu Is yang tidak dijawab oleh lelaki kemudian aku mulai bingung, bagaimana kalo wanita itu mengetahui keberadaanku di sana. Tapi sejenak kupikir, kenapa aku yang bingung, harusnya wanita itu yang bingung karena aku tahu perselingkuhannya dengan pak Mo. Kemudian aku mendengar suara orang mandi yang pasti bu Is. Aku segera melompat keluar rumah itu segera tetapi di jalan aku bertemu si Arifin yang berjalan pulang. “Eh, koen yo is mulih?” Eh, kamu dah pulang tanyanya. Untung saja si Arifin tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya. “Iyo, tak pikir koen yo wis mulih, mau arep mampir tapi ga sido”iya, tak piker kamu juga udah pulang, tadi mau mampir tapi nggak jadi Is memang agak terkejut melihat kedatangan kami. Tetapi ia tampak cepat menguasai keadaan. Situasi seperti biasanya. Sesekali kulihat bu Is, membayangkan tadi apa yang dilakukannya dengan pak Mo. Aku yang sejak tadi terangsang semakin bingung. Tetapi yang jelas, aku ingin sekali seperti pak Mo pun tahu tingkah lakuku yang aneh. “Kon kok koyok wong bingung ae Ndre” Kamu kok kayak orang bingung sih Ndre? Tanya Arifin. Akhirnya setelah berpikir lama aku nekad mengambil secarik kertas. Tanpa sepengetahuan Arifin, aku menulis sesuatu di kertas itu. Sambil alasan ke kamar mandi kuserahkan secarik kertas itu pada bu Is yang sedang menyetrika.“Dibaca ya bu” ujarku langsung berlalu menuju Arifin di ruang tengah. Sekitar lima menit kemudian bu Is masuk, sekelebat menyerahkan kertas padaku. “Fin, angkatno klambi nang setrikoan gih” Fin, Tolong angkat baju dari ruang setrika ya perintah bu Is. Arifin menurut langsung beranjak. Kesempatanku untuk membaca kertas balasan bu Is.“aku tahu apa yang bu Is sama pak Mo lakukan tadi” loh ini kan tulisanku tadi. Setelah kubalik, ternyata jawabannya ada di situ. “Tolong jangan bilang siapa-siapa. Apa maumu?” aku segera membalasnya. “Aku pengen seperti pak Mo” tulisku singkat. Kemudian bu Is keluar kamar menoleh ke arahku yang segera ku serahkan secarik kertas itu lagi yang langsung dibawanya ke bagian belakang lama Arifin pun datang. Lama wanita itu tidak member jawaban. Aku semakin berdebar. Sampai akhirnya waktu normal sekolah pulang, aku segera pamit. Takut dicari oleh ibuku. Ternyata ketika aku pamit pulang, wanita itu menyerahkan kembali kertas kepadaku. “Iya, nanti malam kamu nginep sini ya” jawaban yang membuatku Pikirku. Hari itu terasa panjang sekali. Terasa lama sekali hari beranjak malam. Hingga akhirnya setelah maghrib, aku pamit ke ayahku. “Pak, aku nginep di rumah Arifin ya, belajar bersama” pamitku setengah takut. “Iya. Eh, biar ibumu Tanya dulu ke bu Is” jawab ayahku kemudian menyuruh ibuku telpon bu hati girang aku melangkah ke rumah tetanggaku itu. Malam itu aku akan merasakan nikmatnya seks. Dan bu Iskandar yang akan melakukannya denganku. Walhasil aku tiba di rumahnya. aku tidak konsen lagi dengan belajarku. Yang aku pikirkan adalah bagaimana nanti. Bu Is sudah memberiku isyarat setelah Arifin berdetak cepat, hingga pukul 10 malam, si Arifin akhirnya benar-benar tertidur. Dengan sabar aku tunggu setengah jam kemudian aku gerak-gerakkan pelan tubuh temanku itu. Ia tetap terlelap. Perlahan aku beranjak keluar dari kamarnya. “Arifin wis turu Ndre” Arifin udah tidur Ndre Tanya bu Is ketika aku menutup pintu mengangguk. “Kuncien” Kunci pintunya ya perintahnya yang segera kulakukan. “ayo” ajak wanita itu pelan. Aku mengikutinya yang menuju kamar belakang. Kututup pintu kamar itu setelah kami berdua berada di dalam. Di kamar itulah aku melepas keperjakaanku. Bu Iskandar dengan sabar dan telaten mengajariku pun berlalu. Hubunganku dengan bu Iskandar pun masih terjaga dan akupun menjadi satu-satunya pemuas bu Is ketika 2 bulan lalu pak Mo memutuskan untuk merantau ke Malaysia. Sejak saat itu seks menjadi bagian penting dalam hidupku. Hingga suatu ketika di pertengahan kelas 1 SMP, lagi-lagi semua siswa di sekolahku dipulangkan karena semua dewan guru aku senang, tetapi mengingat pak Iskandar masih di rumah. Pikiran untuk meminta “jatah” dari bu Is pupus. Aku pun segera pulang belum pukul 9 pagi aku sudah sampai di pintu pagar rumahku yang tumben tidak terkunci. Pintu utama ruang tamu pun terlihat sedikit terbuka. Tanpa pikir apa-apa aku segera sepasang sepatu yang diletakkan di dalam ruang tamu membuatku terkejut. Dan aku sepertinya mengenali sepatu tersebut. Perlahan aku masuk ke dalam rumah. Kulihat TV hidup tanpa ada yang melihat. Dimana gerangan ibuku. Perlahan kucari di bagian belakang rumah, dapur, kamar mandi dan kamar orang tuaku pun tidak tertuju pada kamarku yang pintunya tidak tertutup sempurna. Dengan perasaan curiga aku dorong pelan pintu kamarku sehingga sedikit terbuka. Betapa terkejutnya aku ketika melihat apa yang tejadi di dalam kamarku. Kulihat ibuku sedang mengulum kemaluan temanku Arifin yang berdiri bersandar di meja masih memakai baju tapi celana SMP nya berserakan di lantai. Ibuku yang kala itu rambutnya diikat dengan lahap menjilati batang kemaluannya Arifin yang merem melek keenakan. Kaos ibuku juga sudah terlepas sehingga tubuh bagian atasnya hanya tertutup BH hitam yang salah satu cupnya terlepas sehingga payudara kiri ibuku yang besar itu tersembul keluar.“Gila!” Ingin segera aku masuk dan menghentikan perbuatan mereka. Tapi aku berubah pikiran. Aku ingin melihat permainan terlarang mereka. Terus terang, hal itu juga membuatku terangsang. Diam-diam aku juga mengidolakan ibuku. Tidak jarang aku membayangkannya ketika onani. Mungkin ini juga kesempatanku untuk bisa mencicipi saat kemudian ibuku berdiri lalu melepas celana dalamnya tanpa melepas rok yang dipakainya. Ini saatnya aku masuk. “Ibu… arifin !” kataku pura-pura terkejut. Tidak kalah terkejutnya mereka sampai-sampai kepala temanku itu terantuk meja belajarku. Cepat-cepat mereka berusaha memakai kembali pakaian mereka.“Nggak Ndre.. ini… anu…” gumam ibuku bingung. “Anu Ndre… maaf..” Arifin pun berkata sambil menutupi bagian kemaluannya. “Loh kok malah berhenti sih? aku ganggu ya” ujarku lalu masuk ke dalam kamar dan menaruh tasku. “Lanjutin aja bu, nanggung tuh” kataku lagi. “Nggak Ndre… Nggak” jawab ibuku sambil memakai kaosnya.“kalo nggak dilanjut, malah aku nanti bilang bapak lo” kataku. “Jangan Ndre” arifin menyela. “Yo ndang Fin… kenthu’en ibuku!” Ayo cepet Fin, setubuhi ibuku! jawabku. “Ndre.. tolong” kata ibuku memelas. “Iya bu, lanjutin aja.. kalo nggak malah aku bilang ke bapak.. kalo lanjutin dan aku liat, aku nggak bakal bilang siapa-siapa” berdua sejenak saling memandang. “ayo Fin” akhirnya ibuku menyetujuinya dan langsung melepas rok dan celana dalamnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di tempat tidurku. Dengan agak ragu Arifin berjalan kearah tempat tidur. “Ayo” kataku lagi. “Iya Ndre” jawabnya pelan lalu menaiki tubuh ibuku yang menyambutnya dengan mengekangkan kedua kanan ibuku meraih batang kemaluan Arifin dan mengarahkannya ke bagian kewanitaannya. Dengan sekali dorong batang kemaluan Arifin langsung masuk ke dalam vagina ibuku. Setelah membetulkan posisi masing-masing, si Arifin mulai memompa tubuh ibuku. Aku lalu duduk di sebelah kepala ibuku sambil gerakannya kayaknya si Arifin ini nggak sekali dua kali sudah menyetubuhi ibuku. Mulut ibuku mendesah, nafasnya tersengal, matanya terpejam. “Bu, aku nanti juga mau ya” bisikku di telinga ibuku. Mata ibuku terbuka dan memandangku. Kuraih tangan ibuku dan membimbingnya ke batang kemaluanku yang sudah mengeras seperti si Arifin mempercepat gerakannya. Sepertinya ia akan mengalami klimaks. “Fin, tokno njobo!” Fin, keluarin spermamu diluar kataku. Ia mengangguk. Beberapa detik kemudian ia mencabut batang kemaluannya dan langsung mengocoknya. Beberapa detik kemudian kemaluannya temanku itu memuncratkan air maninya di atas tubuh ibuku yang my time, pikirku. Aku lalu melepas celana yang kupakai. “Jilat dong bu… masak cuman punya Arifin yang dijilat” kataku. “Iya Ndre” jawab ibuku kemudian duduk dan mulai menjiati batang kemaluanku. Kemudian aku berusaha melepas kaos yang masih dikenakan ibuku. Wanita itu tanggap. Ia menghentikan kulumannya dan melepas kaos serta BH yang ia telanjang bulat. “Masukin ya bu” kataku pelan. Aku segera membaringkan tubuhku di ranjang. Tanpa diminta lagi ibuku segera menaikiku dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang vaginanya. Tanpa banyak bicara wanita itu langsung menggoyangku dengan cepat. Terasa enak sekali. Sengaja aku jebol pertahananku sendiri agar dikira belum pernah melakukan hubungan banyak omong, ibuku langsung keluar kamar dengan membawa seluruh pakaiannya. Tinggal aku dan Arifin yang sama-sama terdiam. “Maaf ya Ndre” akhirnya kata itu keluar dari mulut Arifin. Aku hanya tersenyum. Dalam pikiranku, ia tidak tahu kalau sebenarnya aku juga sering tidur dengan ibunya. “Mulai kapan Fin?” tanyaku. “sebulanan Ndre. Ini yang keempat” jawabnya pelan. “Berarti disik aku Fin, hehe” Berarti duluan aku Fin jawabku lalu tersenyum. “Maksudmu ndre” tanyanya bingung. “Aku mulai 2 bulan kemarin” jawabku lagi. “Apanya” Tanya Arifin semakin penasaran. “ibumu, hehe” jawabku sambil menunjukkan tanganku yang menggenggam tanda persetubuhan. “Gendeng koen!” iyo tah!?” Gila kamu! Iya ta? jawab Arifin sambil mendorong tubuhku yang disusul oleh senyumku Aku lahir di Jakarta tahun 1989. Di saat itu mamaku baru berumur 17 tahun. Mama kawin muda karena alasan berbagai macam. Papa kandungku berasal dari latar belakang yang cukup berada dengan bisnis/toko-toko electronic yang lumayan terkenal di Jakarta. Kehidupan rumah tangga kami kurang begitu harmonis. Papa sangat sibuk mengurus toko yang mana cabangnya di mana-mana. Untung saja mama adalah fulltime housewife ibu rumah tangga. Saat ini mamaku baru saja berumur 36 tahun, dan masih tampak cantik dan berkulit putih bersih. Di Jakarta, kami hanya memiliki satu pembantu rumah tangga, tidak seperti rumah-rumah tangga yang lainya, yang bisa memiliki lebih dari 2 pembantu rumah tangga. Aku hanya anak tunggal, jadi cukup dengan 1 pembantu rumah tangga saja. Aku mengalami puberitas sewaktu masih duduk di bangku 2 SMP. Aku mengenal yang namanya blue film, cerita stensilan, dan game computer porno dari teman-teman seperguruan. Kami sering kali bertukar blue film, atau barang-barang pornografi. Sepertinya inilah yang membuatku menjadi sedikit abnormal dengan masalah seksualitas, ditambah dengan kejadian-kejadian aneh di rumah yang sering aku alami. Posisi kamarku bersebelahan langsung dengan kamar papa/mama. Di tengah malam di saat ingin membuang air kecil, aku sering mendengar desahan mama/papa di saat mereka sedang menikmati malam suami-istri mereka. Pertama-tama aku sangat amat jijik dan risih mendengarnya, kemudian menjadi biasa, dan pada waktu aku menginjak saat SMA/SMU, aku malah menjadi penasaran saja apa yang mereka lakukan di balik pintu kamar. Di kamar mama ada kipas angin yang menempel di dinding yang digunakan untuk membuang udara dalam kamar keluar. Mama/papa sering lupa menutup kipas angin tersebut di saat menyalakan AC. Suatu malam, papa/mama sedang gituan’ di dalam kamar, dan mereka lagi-lagi mereka lupa menutup kipas angin mereka. Aku menjadi penasaran, dan ingin mengintip apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar. Aku mendengar jelas suara mama sedang mendesah dan mengeluh panjang, seperti atau mirip dengan wanita-wanita yang pernah aku tonton di film-film bokep. Aku menjadi sedikit kelainan, ingin sekali dan penasaran ingin melihat wajah mama di saat sedang di-’gituin’ oleh papa. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengintip, meskipun aku rasa takutku akan kepergok masih sama besarnya pula. Aku tarik kursi belajarku pelan-pelan, kemudian aku taruh pas di bawah kipas angin. Dengan perlahan-lahan aku naik ke kursi belajar, dan mencoba mengintip sedikit demi sedikit. Untunglah situasi di luar kamar kami tampak gelap, hanya lampu di luar rumah saja yang masih menyala, sehingga bisa mereka tidak mungkin dapat melihat sosokku di balik kipas angin. Kamar mama masih tampak remang-remang, hanya lampu di samping ranjang mereka yang sedang menyala, namun masih tampak jelas seisi ruangan kamar mereka. Kakiku seperti lemas langsung melihat mama merebah di atas ranjang dengan selangkangannya terbuka lebar-lebar. Aku hanya melihat punggung papa yang penuh dengan peluh keringat dan papa tampak asyik memainkan pinggulnya maju mundur di selangkangan mama. Kedua tangan mama meremas-remas selimut tipis, matanya terpejam, dan bibir mama hanya berkomat-kamit seakan-akan menahan geli dan nikmat yang luar biasa. Jujur saja jantungku berdegup kencang, dan aku pun ikut bernafsu melihat mereka sedang asyik di sana. Setelah beberapa menit kemudian, tubuh papa tiba-tiba bergetar sedikit, dan papa mulai membuka suara yang amat pelan seperti memberikan aba-aba kepada mama dan mama hanya mengangguk saja seperti mengerti apa yang akan terjadi. Tak lama dari aba-aba papa, tiba-tiba tubuh papa bergetar hebat, dan pinggulnya menekan dalam-dalam ke dalam selangkangan mama. Mama pun sama, seperti sedang keenakan, mama menempelkan kedua telapak tangannya ke pantat papa, dan menekannya dengan kencang, seperti ingin agar yang sedang masuk di selangkangan mama itu tertanam dalam-dalam. Mama mengeluh panjang, begitu juga dengan papa. Papa memeluk mama yang sedang merebah di atas ranjang, sambil menciumi leher mama dengan penuh nafsu. Karena takut kepergok, aku cepat-cepat turun dan kabur dari sana. Biasanya seabis keluhan panjang mama/papa, karena paling tidak salah satu dari mereka pasti keluar dari kamar. Paling sering mama yang keluar dulu dari kamar, dan langsung ke kamar mandi. Malam itu aku ngga bisa tidur. Sosok mereka terbayang-bayang di dalam otakku. Mama yang begitu cantik dan lembut, tampak binal dan merangsang sekali di saat begituan’ dengan papa. Seperti singa betina yang haus dengan nafsu birahi. Untunglah papa juga singa jantan yang mampu memuaskan singa betina yang haus itu. Sejak saat itulah, aku tumbuh sedikit demi sedikit menjadi aneh. Aku suka sekali membayangkan tubuh mamaku sendiri. Aku tau bahwa ini sangat tidak benar. Puberitasku semakin berapi-api. Aku sering sekali mengintip mamaku mandi atau sesekali mengintip sewaktu dia sedang ganti baju di kamarnya. Aku tidak lagi mengintip aksi papa dan mama di dalam hari, karena ada perasaan ngga senang atau jealous. Tetapi kelainan yang aku alami ini aku simpan sendiri, dan tiada satupun teman atau orang lain yang mengetahui sifat kelainanku ini. Perlu yang para pembaca ketahui, bahwa aku masih suka menonton film biru, dan masih terangsang saja melihat wanita lain dalam keadaan terlanjang di film biru atau mengenakan pakaian seksi di tempat umum. Namun, di samping itu, aku pun juga suka melihat mamaku sendiri dalam keadaan terlanjang. Aku lebih memilih untuk berdiam diri, karena apabila bersuara sekali, bisa heboh dan rusak nama baikku. Aku cukup memendam perasaan aneh ini lebih dari 3 tahun. Setelah tamat SMA, aku langsung memutuskan untuk kuliah di kota Perth. Aku berangkat ke sana sendirian, dan sempat tinggal di homestay selama 3 bulan, kemudian aku memutuskan untuk tinggal di apartment sendiri dengan alasan kebebasan. Beberapa minggu setelah aku tinggal di apartment, mamaku memberi kabar bahwa dia akan datang menjengukku sekalian jalan-jalan di negeri Australia. Rencana awal mama akan datang bersama papa dan adik mama. Namun seperti biasanya, alasan sibuk papa selalu saja menjadi penghalang utama untuk tidak ikut dengan mama. Adik mama sebenarnya ingin sekali datang, tapi karena saudara sepupuku anak dari adik mama terkena cacar air, jadi urunglah niatnya untuk datang bersama mamaku. Aku jemput mamaku di airport hari Minggu pagi. Cuaca saat itu lumayan sejuk, dan mungkin terasa dingin untuk mamaku yang datang langsung dari kota Jakarta yang panasnya minta ampun. Aku bawa jaket cadangan, jaga-jaga apabila mungkin mama kedinginan sewaktu keluar dari airport. Saat itu aku sedang liburan pertengahan tahun selama 3 minggu. Jadi kunjungan mama ini tepat pada waktunya. Betapa gembiranya bisa bertemu mamaku lagi setelah beberapa bulan berpisah. Setelah berpelukan melepas kangen/rindu, kami kemudian naik taxi menuju apartementku. Selama perjalanan kami banyak berbincang-bincang. Mama lebih banyak bertanya daripada aku, terutama tentang bagaimana kehidupanku selama jauh dari orang tua. Tak lebih dari setengah jam, kami sampai di apartmentku. Setelah membayar uang taxi, kami langsung naik lift menuju kamar apartmentku. Kamar apartmentku hanya ada 1 kamar, dan karena aku baru beberapa minggu pindah di apartment ini, aku belum banyak membeli perabotan rumah. Ruang tamuku hanya ada TV dan 1 bean bag sofa. Aku belum sempat membeli sofa beneran. “Timmy, kamu kok jorok banget! Apartmentmu berantakan sekali.” sambil mecubit pipiku. Aku hanya tertawa saja.“Sekarang mama mau kemana? Mau sarapan dulu?” tanyaku.“Mama pengen tidur-tiduran dulu deh. Tadi mama sudah sarapan di pesawat. Timmy kalo mau sarapan, mama bikinin dah.” tawar mama.“Hmmm … ngga usah dah … Timmy beli aja di Mc Donald. Breakfastnya lumayan kok. Mama tidur aja dulu.” jawabku. Mama lalu menggangguk, dan aku pun berangkat membeli breakfast meal di Mc Donald. Aku memutuskan untuk sarapan di tempat saja, daripada di bawa pulang. Setengah jam kemudian aku pulang ke apartment. Suasana di apartementku hening. Kulihat bagasi mama sudah terbuka, aku bisa memastikan mama sudah ganti pakaian. Kemudian ku cek kamarku, kulihat mama sedang tidur pulas di atas ranjangku. Aku membiarkan dia beristirahat dulu. Sambil menunggu mama bangun, aku menghabiskan waktu browsing-browsing Internet di laptopku. Selang 3 jam kemudian, mama tiba-tiba keluar dari kamar. “Timmy, kamu lagi ngapain?” tanya mama sambil mulutnya menguap ngantuk.“Lagi main Internet, ma. Mama sudah lapar belon? Sudah jam 2 siang loh.” tanyaku.“Belum seberapa lapar sih. Emang Timmy mau makan apa?” tanya mama balik.“Hmmm … Timmy mau ajak mama makan di restoran Thailand deket sini. Enak banget deh, mama pasti doyan.” ajakku.“Ok, mama ganti baju dulu yah” singkat mama. Aku pun menggangguk dan bersiap-siap diri. Mama mengambil baju lagi dari tas bagasinya, dan kemudian masuk ke kamar untuk ganti pakaian. 5 menit kemudian mama keluar dari kamar. Siang itu mama mengenakan kaus ketat, dan celana jeans. Tampak dada montok mama menonjol. Aku jadi sedikit risih melihatnya, meskipun dalam hati ada perasaan senang. Mama tampak seperti wanita yang baru berumur 25 tahunan. Padahal saat itu mama sudah berumur 35 tahun. Hari itu aku mengajak mama jalan-jalan melihat kota Perth. Mama tampak hepi menikmati liburannya. Tidak bosan-bosannya mama mengambil foto dan sesekali meminta orang yang sedang lewat untuk mengambil foto bersamaku. Dengan wajah mama yang tidak seperti wanita berumur 35 tahun, kami seperti terlihat sedang pacaran saja. Kami jalan-jalan sampai larut malam, dan kami kembali ke apartment sekitar jam 11 malam lebih. Badanku amat letih, begitu juga dengan mama. Aku senang sekali mama bisa datang ke sini. Selain aku bisa dimanja, aku juga bisa mengajaknya jalan-jalan kemana-mana. “Mama mandi dulu aja.” suruhku sambil memberi handuk bersih ke mama. Sewaktu aku sedang unpacking barang belanjaan kami seharian, tiba-tiba terdengar suara mama sedikit teriak. “Timmy, ini gimana ngunci kamar mandi. Kok mama ngga liat ada kunci di sini?” tanya mama penasaran sambil tubuhnya dibalut handuk. Kulihat pundak dan paha mama yang benar-benar mulus.“Di sini emang sudah biasa ngga ada kunci di kamar mandi, ma. Sudah biasa aja orang sini.” jawabku.“Iya, tapi mama ngga biasa.” protes mama kemudian balik ke kamar mandi. Tak lebih dari 10 menit, mama keluar dari kamar mandi. Malam itu mama mengenakan kaus ketat dan celana boxer yang amat pendek kira-kira 20 cm dari lutut, sehingga tampak paha mama yang putih mulus dan juga kedua payudaranya yang menonjol karena kaus ketatnya. Mama kemudian duduk disebelahku seakan-akan melihat sedang apa aku di depan laptopku. Bau sabun wangi terhirup dengan jelas dari tubuh mama. Bau sabun yang tidak asing lagi bagiku. “Timmy, kenapa kamu belon beli sofa?” tanya mama.“Belon sempat aja ma.” jawabku santai.“Besok mau beli sofa? Mama beliin deh.” tawaran mama.“Boleh aje …” jawabku santai.“Timmy, sono mandi. Mama pinjam laptop dulu, mau emailin papa dulu.” sambung mama lagi. Tanpa perlu dikomando, aku kemudian bangkit dari bean bag sofa, dan langsung menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, diotakku sempat keluar pikiran jorok. Aku berpikir ingin mengintip mama mandi besok, mumpung tidak ada kunci di kamar mandi apartementku ini. Setelah selesai mandi dan mengeringkan rambut, kulihat mama masih asyik chatting dengan papa. Aku diminta mama juga ikutan membaca chattingan mereka. Jam telah menunjukkan pukul 1 pagi. Aku tidak kuat lagi menahan rasa kantuk. Aku berpamitan untuk tidur dulu. Mama masih terlihat asyik ber-chatting ria dengan papa. Karena aku masih belon punya sofa beneran, malam itu aku tidur bersama mama di satu ranjang. Untung tempat tidurku itu ukuran queen bed, jadi cukup luas untuk 2 orang. Untung mama tidak sungkan atau risih dengan ide tidur satu ranjang. Mungkin karena anak sendiri mungkin mama tidak menaruh curiga atau risih. Malam itu aku tidur nyenyak sekali, karena sehari sebelum-nya aku kurang tidur karena harus menjemput mama pagi-pagi di airport. Tepat pukul 8 pagi, aku membuka kedua mataku perlahan-lahan. Sang surya telah terbit dengan cerahnya dibalik gorden/kerai kamar. Aku merasakan ada sesuatu yang lembut dan empuk ditangan kananku. Perlahan-lahan aku menoleh ke kanan, tampak mama yang masih tertidur lelap di samping kananku sambil memeluk lengan kananku. Terasa hangat dan empuk payudara mama di lengan kananku. Baju ketat yang mama kenakan itu terkesan tipis ditambah dengan mama yang tidak mengenakan BH, sehingga terasa betul kekenyalan payudara mama. Wajah mama bersembunyi dibalik lengan kanan atasku, sedangkan paha kanannya menimpa paha atasku. Namun, kedua tubuh kami masih terbungkus selimut tebal. Pagi itu lumayan dingin, jadi ini mungkin instinct mama dibawah sadar untuk mencari kehangatan. Jadi tanpa sadar dia memeluk lenganku, agar merasa hangat. Perasaanku tidak karuan rasanya. Biasanya setiap bangun tidur, mr junior pasti juga ikut bangun. Tapi pagi ini mr junior bangun dalam keadaan yang benar-benar keras. Aku memilih untuk diam seperti patung. Aku tak ingin goyang sedikit pun. Takut apabila aku goyang sedikit, mama bakalan merubah posisinya lagi. Jam menunjukkan pukul 9 kurang. Berarti aku telah hampir 1 jam lamanya diam seperti patung. Posisi mama pun tidak berubah pula, malah lebih mengencangkan pelukannya dan paha mulus mama sekarang mendarat di perutku. Mr junior alias batang penisku tertimpa paha mulusnya. Namun bukan berarti mr junior bakalan loyo, justru kebalikannya - makin tegang saja. Jantungku berdegup kencang, karena pikiran kotorku telah meracuni akal sehatku. Tangan kiriku mulai bangkit dan memutuskan untuk bergerilya di paha kanan mama. Perlahan-lahan aku mengelus-elus dengkulnya, selang beberapa lama kemudian aku mulai mengelus-elus pahanya. Sungguh susah kupercaya, bahwa paha yang mulus tanpa borok ini adalah milik mamaku sendiri. Aku semakin bersemangat mengelus-elus paha mama. Tubuh mama masih tidak bereaksi. Aku semakin berani dan nekat. Kini jarak elusan tanganku semakin melebar. Pertama dari dengkul, kemudian merangkak maju sampai ke batas celana boxer mama, sekarang mulai masuk ke celana boxernya. Hanya dalam hitungan beberapa menit, tubuh mama mulai bereaksi perlahan-lahan dan kesadaran mama pun mulai bangkit perlahan-lahan pula. “Hmmm … Timmy … kamu lagi ngapain? Geli loh!” tanya mama sambil terkantuk-kantuk, tapi masih memeluk lenganku.“Anu … Timmy lagi elus-elus mama.” jawabku seadanya plus sedikit panik.“Ehmm … kalo mau elus-elus mama, punggung mama aja atau rambut mama. Jangan di paha, geli banget di sana.” kata mama.“Jadi ngga enak?” tanyaku penasaran.“Bukan ngga enak sayang, tapi geli aja. Enak sih enak, tapi jadinya lain …” ucapan mama stop.“Lain apanya?” tanyaku lagi.“Pokoknya lain enaknya. Jangan di sana lagi deh.” pinta mama. Aku kemudian menghentikan gerilyaku, dan kembali menjadi patung lagi. Aku tidak tau apakah mama merasakan tonjolan mr junior di pahanya atau tidak. Kalo dipikir secara logika, dia pasti merasakan tonjolan keras dibalik celana tidurku, karena pahanya tepat mendarat di sana. Tapi dia tidak beraksi apapun. Setelah itu, mama tidak bisa lagi tidur. Jadi kami akhirnya ngobrol-ngobrol di atas ranjang dengan posisi yang sama pula. Sudah hampir 1 jam kami ngobrol di atas ranjang, akhirnya aku meminta mama untuk mandi dulu, karena hari ini kita mau jalan-jalan lagi. Mama kemudian bangkit dari tempat tidur, dan menuju kamar mandi. 5 menit kemudian, aku pun bangkit dari tempat tidur. Kupikir sambil menunggu mama selesai mandi, lebih baik aku menyiapkan sarapan pagi roti panggang pake selai strawberry. Setelah berjalan beberapa langkah dari pintu kamar, aku dikejutkan oleh sesuatu di depan mataku. Kudapat pintu kamar mandi tidak tertutup rapat oleh mama. Ini adalah kesengajaan atau tidak, aku tidak tahu. Akal sehatku mulai berkelahi dengan akal kotorku. Akal sehatku menyuruhku untuk tidak melihat dibalik pintu yang tidak tertutup rapat itu dan segera langsung menuju ke daput, sedangkan akal kotorku mengatakan kalo hanya mengintip sebentar tidak ada ruginya. Alhasil dari perkelahian akal sehat melawan akal kotor, pemenangnya adalah akal ngga sehatku alias akal kotor. Aku berjalan sambil berjinjit-jinjit, agar langkah kakiku tidak terdengar olehnya. Kudorong perlahan-lahan pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat tersebut. Posisi shower di kamar mandi tepat disamping pintu kamar mandi. Shower cubic/ruang shower di kamar mandi terlapisi oleh kaca yang bening. Sehingga dapat terlihat dengan jelas siapapun yang mandi di sana. Kubuka pintu kamar mandi hanya sekitar centimeter lebarnya, dan mata kananku perlahan-lahan mulai mengintip lewat celah sempit tersebut. Hanya sekilas saja, aku langsung menelan ludah, dan jantungku kembali berdegup kencang. Antara takut dan bergairah menjadi satu. Takut apabila nanti kepergok mengintip mandi, dan bergairah karena menonton tubuh bugil mama sedang mandi. Mr junior alias batang penisku kembali mengeras. Napasku jadi tidak beraturan. Kulihat mama sedang membilas rambutnya dengan shampoo dengan mata yang terpejam, kemudian setelah itu menyabuni tubuhnya dari dada, perut, punggung, tangan, dan kakinya dengan shower gel. Oh … sungguh indah pemandangan saat itu. Begitu sempurna tubuhnya di umurnya yang masih 35 tahun. Hampir 10 menit lamanya aku berdiri termangu di depan pintu kamar mandi. Jantungku terus menerus berdegup dengan kencang-nya. Mr junior pun ikut nyut2an alias menegang pada tegangan yang paling tinggi. Tiba-tiba mama memutar kran showernya, pertanda mandinya telah selesai. Aku dengan segera lari-lari berjinjit-jinjit menuju dapur. Sesampai di dapur, aku lupa apa tujuan awalku di dapur. Aku hanya membuka-buka lemari di dapur dan kulkas. Mengambil makanan apa saja yang aku lihat. Tak lama kemudian mama keluar dari kamar mandi dengan santainya dan menuju ke dapur. Tidak tampak di raut wajahnya adanya perasaan kaget atau curiga. Sikap mama biasa-biasa saja sambil berjalan mendekatiku. “Timmy, kamu mau bikin apa?” tanya mama santai.“Oh ini … Timmy mau bikin breakfast dulu. Mama siap-siap aja dulu. Kita keluar setengah jam lagi.” jawabku.“Iya sudah, sini mama yang bikinin, kamu mandi dulu deh. Biar ngga buang-buang waktu.” perintah mama. Selama di kamar mandi, bayangan tubuh mama tadi yang sedang bugil sambil mandi tidak dapat dengan mudah lepas dari pikiranku. Aku dibikin pusing oleh pikiran jorok ini. Tetapi di dalam hati kecilku berharap agar hari-hari berikutnya aku masih bisa mengintipnya paling tidak sekali atau dua kali, dengan harapan mama mungkin lupa menutup kamar mandinya lagi. Hari itu kami menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota pinggiran dan sempat mampir ke toko furniture untuk membeli sofa. Namun sayang sekali sofa yang kami pilih tersebut masih harus menunggu sekitar 2 minggu untuk bisa diantar ke rumah, karena kami memilih warna sofa yang sedang tidak ada stok barangnya. Jadi si toko tersebut harus membuat yang baru. Bagiku 2 minggu menunggu tidak ada masalah, karena ide untuk membeli sofa bukan datang dariku. Tidak ada sofa pun aku masih bisa bertahan hidup, karena pada dasarnya aku hanya tinggal sendirian saja. Karena mama bakalan tinggal di Australia ini lebih dari 2 minggu, kami sempat mampir ke travel agent terdekat untuk mencari-cari info tentang holiday di Sydney, Gold Coast, Melbourne, dan Hobart Tasmania. Namun hari itu kami masih belon memberikan keputusan akan berlibur di kota yang mana. Aku secara pribadi ingin sekali mengunjungi kota Sydney dan bermain-main di theme park di Gold Coast. Kalo mama antar Sydney atau Melbourne. Karena masih belum ada keputusan yang solid, kami tidak mem-booking dulu pake holiday tersebut. Tak terasa kami seharian keluar rumah. Sesampai di rumah pukul 8 malam. Malam itu kami membeli makanan take away untuk makan malam kami. Terlalu letih untuk makan di restoran lagi, dan terlalu letih untuk memasak di apartment. Jadi membeli makanan take away adalah pilihan yang tepat. Mama membeli paket sushi kesukaannya, dan karena aku tidak doyan sushi, aku membeli paket bento yang berisi nasi, ayam terayaki, dan sayur mayur. Kami makan sambil ngobrol santai. Kalo dengan mama ada saja yang bisa diobrolkan. Dia sepertinya banyak sekali bahan pembicaraan. Dari cerita kehidupannya, kehidupan papa, dan kehidupan teman-temannya. Termasuk kehidupanku sewaktu masih kecil. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam. “Besok kita mau ke mana?” tanya mama.“Hmm … terserah mama. Besok mau coba main golf ngga? Di sini banyak orang Indo pula yang datang untuk bermain golf di sini.” ajakku.“Tapi mama ngga bisa maen golf. Papa tuh jago maen golf.” puji mama.“Iya kita ke sana aja. Kita maen aja yang asal pukul aja … namanya Driving Range.” jawabku lagi.“Ok.” jawab mama singkat. Aku pun segera beranjak dari meja makan, dan membereskan piring-piring kotor. Mama pun beranjak dari meja makan, kemudian menuju laptopku. “Mama mau emailin papa dulu yah. Moga-moga dia online. Jadi mama ngga perlu telp. Timmy mandi dulu abis cuci piring yah?!” ujar mama. Selama aku mencuci piring, suasana menjadi sedikit hening. Mama terlalu berkonsentrasi dengan laptopku menulis cerita tentang kegiatan kita seharian lewat email. Pikiran jorokku mulai kambuh lagi di saat aku sedang asyik mencuci piring. Di dalam hati kecilku juga berharap agar malam ini mama lupa lagi menutup rapat pintu kamar mandinya. Pikiran jorok dan harapan yang tidak tau malu ini masih meracuniku di saat aku sedang mandi malam. “Ma, Timmy dah selesai mandi. Mama mandi dulu deh.” suruhku.“Iya, ntar rada tanggung.” jawab mama. Aku pun duduk bersila di samping mama. Kulihat monitor laptopku. Mama sedang mengetik panjang email tentang kegiatan kami seharian. Dari makan pagi sampai makan malam. Tapi aksiku di pagi hari yang mengelus-elus paha mama jelas tidak diceritakan di email tersebut. Setelah email itu dikirim, mama pun beranjak dari bean bag sofa dan langsung menuju kamar tidur untuk menata oleh-oleh yang dibelinya seharian dan juga mengambil pakaian tidur barunya sebelum mandi. Aku diam-diam mengamati gerak-gerik mama. Aku berpura-pura mondar-mandi di dapur untuk mencari camilan dan minuman ringan. Sesekali aku masuk ke kamar tidur dengan pura-pura mengambil buku atau mengambil apa aja. Berlagak pura-pura sibuk. Setengah jam kemudian, mama keluar dari kamar tidur dan menuju kamar mandi. It is the moment of truth inilah moment yang ditunggu-tunggu. “Takkk … ” begitulah bunyi pintu kamar mandi. Suara pintu yang tidak begitu keras. Aku mencoba untuk tidak bertindak terlebih dahulu. Setelah menunggu 5 menit lamanya, aku bangkit dari bean bag sofa-ku dan berjalan berjinjit-jinjit menuju ke kamar mandi untuk mengecek keadaan pintu kamar mandi. Sesampai di depan kamar mandi, entah mengapa hatiku menjadi girang tak karuan. Sekali lagi, pintu kamar mandi tidak mama tutup dengan rapat. Aku mulai menaruh sedikit kecurigaan dengan kelakuan mama ini. Aku curiga apa ini dilakukan dengan sengaja olehnya. Karena pertama, pintu kamar mandi tidak rusak, dan bisa tertutup dengan rapat apabila memang mau ditutup. Kedua, tadi pagi sewaktu mama selesai mandi, semestinya dia sadar apabila pintu kamar mandi tidak tertutup rapat, bahkan terbuka centimeter. Apabila dikata yang tadi pagi itu adalah suatu kesalahan, tidaklah mungkin akan mama lakukan kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya. Jantungku kembali lagi berdegup dengan kencang, namun kali ini perasaan takutku menjadi sedikit berkurang dibanding yang pagi hari. Karena diotakku telah ada asumsi bahwa ini adalah suatu kesengajaan dari mama. Sekali lagi aku sedang menikmati pemandangan indah yang kurang lebih mirip seperti yang pagi hari. Ketika aku sedang asyik menonton pemandangan yang indah penuh nafsu itu, tiba-tiba kran shower tiba-tiba dimatikan olehnya. Inilah sinyal untuk segera kembali ke tempat asalku yang tadi. Aku berpura-pura memandangi layar monitor laptopku, namun otak bersihku masih belum sepenuhnya sadar. Aku berpura-pura membuka berita-berita di Internet. Tidak sampai 5 menit sejak kran shower dimatikan, mama muncul dari kamar mandi. Aku berpura-pura sibuk. Bau wangi yang tidak asing lagi semakin lama semakin mendekat. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dibelakang. “Papa online ngga?” tanya mama. Alamak … aku kaget sekali dan hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat di sampingku. Mama tiba-tiba bertekuk lutut di sampingku sambil melihat layar monitor laptopku dengan tubuhnya yang setengah basah hanya terbungkus handuk sambil memegang baju kotornya. Aku sampai sempat melongo dengan tingkah mama malam itu. Selama ini belum pernah aku melihat kondisi mama yang seperti ini sewaktu aku masih di Indonesia. Bisa dikatakan kondisi mama saat itu setengah terlanjang. Bahu dan dada atasnya yang putih mulus tampak terlihat dengan jelas. Aku berpura-pura cool atau bisa dikatakan sok cool. Seperti cuek aja dengan kelakuan mama malam itu. “Nup, papa ngga online.” jawabku santai.“Ehmmm … apa belum pulang papa dari kantor?” tanya mama heran.“Coba aja mama sms papa.” jawabku lagi.“Iya dah gampang. Mama mau coba packing oleh-oleh lagi deh.” serunya sambil meninggalkan ruang tamu, kemudian menuju kamar. Aku memutuskan bahwa asumsiku tidaklah salah. Ini pasti ada unsur kesengajaan mama. Aku semakin penasaran saja apa sebenarnya rencana dia. Otakku semakin berperang, batinku tidak tenang. Positive dan negative tidaklah lagi seimbang. Otakku semakin menjurus ke negative thinking. Satu jam kemudian, suasana di dalam rumah menjadi hening. Aku tidak mendengar suara gaduh dari kamar tidurku. Yang aku dengar hanya kipas angin laptopku saja. Kulihat jam sudah lewat pukul 12 malam. Aku berjalan pelan-pelan menuju ke kamar, kulihat mama sudah tidur di atas ranjang dengan lampu yang masih menyala. Aku mematikan laptopku, kemudian sikat gigi, bersiap-siap untuk tidur pula. Besok adalah hari yang panjang lagi. Banyak kegiatan dan aktifitas yang ingin aku lakukan dengannya. Kumatikan lampu kamar tidur, dan kemudian naik ke ranjang dan cepat-cepat menutup selimut. Aku susah sekali untuk tidur, sudah 15 menit aku membolak-balikkan badanku, mencari posisi yang enak untuk tidur. Otakku yang sebelumnya berpikiran jorok, sekarang menjadi nakal. Entah ada dorongan dari mana, tiba-tiba aku ingin sekali menjahili mama malam itu. Kucoba memepetkan tubuhku dengan tubuhnya dibalik selimut. Posisi tidur mama sedang terlentang. Perlahan-lahan tangan kananku mendarat ke paha kirinya. Aku diam sejenak seperti patung. Setelah mengatur nafasku, aku mencoba mengelus-elus paha kirinya dengan lembut. Aku kembali teringat kata-kata mama apabila pahanya dielus-elus memberikan kesan yang berbeda enaknya. Aku menjadi penasaran dan ingin tahu perasaan berbeda yang seperti apakah yang dimaksud mama pagi itu. Setelah lama aku elus-elus paha kirinya, tidak ada reaksi yang berarti darinya. Kucoba naik sedikit mendekati pangkal pahanya. Untung saja malam itu mama mengenakan celana boxer yang sama seperti kemarin malam. Jadi mengelus-elus daerah paha atasnya atau daerah pangkal pahanya tidaklah sulit. Hanya beberapa menit saja, aku merasakan ada reaksi dari tubuh mama. Kedua kakinya mulai sedikit bergerak-gerak. Seperti menahan geli yang nikmat. Aku semakin berani dan mulai sedikit kurang ajar. Seakan-akan berasumsi bahwa ini adalah lampu hijau, aku semakin nekat saja jadinya. Mr junior kembali menjadi tegak. Nafasku menjadi terputus-putus. Telapak tanganku berusaha mencapai pangkal paha kirinya, dan setelah merasa sudah mentok di sana, kujulurkan jari tengahku untuk menyelinap di balik celana dalam mama. Ketika sampai pada mulut kemaluannya atau mulut vaginanya, aku merasakan jelas bulu pubis atau istilahnya jembut mama sudah basah, dan hanya dengan hitungan detik tiba-tiba … “Plakkk” … sakit sekali. “TIMMY … kamu kok kurang ajar sekali ama mama.” bentak mama setelah menampar pipiku.“Kamu ini belajar dari mana sampai kurang ajar seperti ini.” bentaknya lagi. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa melihat wajah mama yang sedang marah karena suasana kamar telah gelap. Aku takut bercampur malu. Tapi rasa takutku lebih banyak daripada rasa maluku. “Timmy … jawab pertanyaan mama. Kamu kok bisa kurang ajar ama mama.” desak mamaku. Aku mati kutu, benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Karena memang tidak ada yang mengajariku untuk berbuat kurang ajar seperti itu. Ingin menceritakan kepadanya bahwa aku sering melihatnya bermesraan’ dengan papa, kayaknya sudah tidak mungkin. Karena mungkin itu akan membuatnya semakin marah dan malu. Aku menjadi pasrah saja dengan keadaan. “Anu … anu … Timmy ngga tau mama.” jawabku pasrah.“Kalo ngga tau kenapa kamu kurang ajar sekali dan nekat gitu.” tegas mama. Aku menyesal sekali karena asumsiku ternyata salah total. Akhirnya aku memilih untuk menyerah dan menceritakan apa yang sedang aku alami sewaktu masih di Indo, dan kelainan aneh yang aku alami dari pertama sampai akhir. Mama mendengarkan dengan seksama dan menderung untuk mendengarkan. Aku bercerita tentang diriku yang aneh dan kejadian-kejadian aneh yang aku alami ini dari A sampai Z cukup lama. Aku menafsir kira-kira 2 jam lamanya aku menceritakan semua isi hatiku ini kepadanya. Yang mengherankan, justru setelah aku menceritakan semuanya ini, beban perasaan yang aku simpan bertahun-tahun ini langsung lenyap. Meskipun aku tahu bahwa yang mendengarkan ceritaku ini adalah mamaku sendiri. Setelah ceritaku berakhir, mama hanya diam saja. Tidak ada omelan, ocehan, atau bentakan darinya lagi. Tingkah mama seolah-olah mengerti, memaklumi, dan seolah-olah seperti menemukan jawaban yang dia nanti-nantikan. Mama kembali merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang sambil membelakangiku. Suasana kembali hening. Aku juga ikut berbaring di atas ranjang. Mataku masih belum terpejam, dan sedang merawang-rawan di atas langit-langit kamar yang gelap. Aku menghela nafas panjang. Kecewa, malu, lega, dan takut menjadi satu. Kondisi mama pun juga sama, dia juga tidak bisa tidur. Meskipun dia sedang membelakangiku, namun tubuhnya tidak pernah diam. Seperti mau begini tidak enak, mau begitu tidak enak. Aku tidak tau apa yang sedang mama pikirkan, dan aku juga tidak berani bertanya macam-macam lagi. Aku memilih untuk diam dulu. Tiba-tiba mama membalikkan badannya, dan tanpa aku duga tiba-tiba tangan kanan menyelinap di bawah celana tidurku dan langsung menggenggam penisku yang masih loyo dengan gampang dan cepatnya. Perlu diketahui bahwa aku sampai sekarang ini tidak pernah memakai celana dalam sewaktu tidur, karena alasan kenyamanan saja bila melepas celana dalam waktu tidur. Terang saja tidak sulit baginya untuk menemukan posisiku penisku di balik celana tidurku. Terus terang aku kaget setengah mampus dengan gelagat mama malam itu. Aku tidak pernah menyangka sama sekali apa yang sedang dia lakukan sekarang. Dengan cepatnya dia menggenggam penisku. “Mama … ” seruku kaget setengah protes.“Sssttt … Timmy tenang aja. Anggap ini bonus.” bisik mama. Aku kembali diam, dan membiarkan apa rencana yang akan mama buat malam itu. Penisku perlahan-lahan mulai mengeras, karena ternyata mama mengganti genggamannya dengan kocokan-kocokan lembut. Jantungku kembali berdegup kencang. Nikmat sekali kocokan-kocokan lembut dari tangannya. Sangat berbeda dengan kocokan tanganku sendiri sewaktu sedang ingin ber-onani. “Ahhh … ” desahku. Tanpa bisa aku kontrol desahan ini tiba-tiba keluar dari mulutku. Tak lama kemudian, mama menaruh air liur sedikit di telapak tangannya dan mengocok-kocok lagi penisku. Alamak … kali ini kocokan lebih nikmat dari yang tadi. Air liur mama membuat licin kocokan tangannya, membuatku semakin keenakan dibuatnya. “Ahhh … ahhh …” desahku makin menjadi-jadi, penisku makin lama makin mengeras. Mama tidak berkomentar sama sekali, dan tetap saja dengan santainya mengocok-kocok penisku. Aku kemudian melepas total celana tidurku, agar memberikan keleluasaan dan ruang lebih lebar untuk memainkan irama kocokannya terhadap penisku. Kira-kira lebih dari 10 menit, mama sibuk mengocok-kocok penisku, tetapi aku belum menunjukkan tanda-tanda ingin berejakulasi. Nafas mama terdengar sedikit capek. Tanpa berpikir panjang lagi, aku menampik tangan mama dari penisku dan aku bangkit menimpa tubuh mama. “Timmy … mau apa kamu?” tanya mama heran.“Pengen cobain ma.” jawabku singkat.“Timmyyy … ini mama … mana bisa begitu. Ini ngga boleh. Tabu kan?!” protes mama.“Tapi Timmy pengen banget ma.” jawabku lagi sambil berusaha menarik lepas celana boxer mama. Yang membuatku semakin berani, mama tidak berusaha menahan ulahku itu. Setelah aku tarik celana boxernya, tanpa pikir panjang lagi aku tarik pula celana dalamnya dengan secepat mungkin. Kini mama sudah terlanjang bawah, dan aku pun juga terlanjang bawah. Kemudian kulebarkan selangkangannya agar aku bisa memasukkan penisku ke dalam memek mama. Tiba-tiba kedua tangan mama menutup lubang memeknya. “Pijitin mama dulu dong?!” minta mama. Mendengar itu aku menjadi sedikit kecewa, meskipun sebenarnya mama telah memberikan lampu hijau kepadaku. Tanpa banyak bicara, mama membalikkan badannya ke posisi telungkup, pertanda ingin dipijit dahulu. Akhirnya aku mengalah dan berusaha untuk bersabar dulu. Kupijit leher belakangnya, kemudian turun menuju punggung atas dan turun lagi ke punggu bawah berirama. Aku duduk di atas pantat mama dengan penisku masih saja tegang. Sambil memijitnya, aku juga berupaya menggesek-gesek penisku di celah-celah pantat mama. Memberikan sensasi yang nikmat bagiku. Dan ternyata mama sangat menyukai pijitanku. “Hmmm …” dengung mama pertanda dia sangat menikmati pijitanku ini. Tak lama kemudian dia bangkit dari posisinya yang telungkup tadi. Aku mengira dia mau menyuruhku mengakhiri pijitannya. Tapi diluar dugaan, dia melepas baju tidurnya bersama BH-nya tanpa berucap satu kata pun. Aku dapat melihat tubuh bugilnya di balik remang-remang. Sungguh indah tubuh mamaku ini, kataku dalam hati. Mama akhirnya kembali lagi dengan posisi telungkupnya, berharap untuk kembali dipijit lagi. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, aku kembali ke pekerjaanku semula. Kupijit lagi leher belakangnya, kemudian turun menuju punggung atas dan turun lagi ke punggu bawah berirama. Aku juga masih terus menggesek-gesekkan penisku di celah-celah pantat mama. Kudengar lagi dengungan nikmat darinya. Aku sekarang menjadi berani. Kucoba mengarahkan ujung penisku di celah dalam pantatnya, berharap aku bisa menemukan bibir memeknya. Mama tidak protes dengan tingkahku itu, dan masih tetap diam. Sambil tetap memijit-mijit punggungnya, aku mencoba mendorong-dorong pinggulku, berharap ujung penisku mampu menembus masuk ke bibir memeknya. Usahaku ini ternyata tidak terlalu sulit. Karena ternyata bibir memek mama telah menyambut kedatangan penisku dengan kondisinya yang telah basah dan lembab. Aku berhasil menancapkan penisku sedalam 2 centi ke dalam liang memeknya. “Ahhh … Timmy … kok dimasukkin?” tanya mama pura-pura protes. Aku memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya, dan melanjutkan misiku lagi. Kali ini aku dorong batang penisku dengan paksa, agar terbenam semuanya di dalam memek mama. “Ohhh …” guman mama. Memek mama terasa basah sekali, lembab, dan licin. Kini aku menghentikan pijitanku, dan kedua telapak tanganku aku gunakan untuk menjadi tumpuan tubuhku agar tidak menindih tubuh mama. Dengan posisinya yang masih telungkup, aku setubuhi mamaku. “Ceplak … ceplak …” bunyi seperti tamparan datang dari pantat mama karena aku menyetubuhinya dari belakang dengan posisinya yang masih telungkup. “Timmmyyy … ahh … ahh … geli sayang …” desahan mama pun makin lama makin menjadi-jadi. Kukocok terus liang memek mama non-stop. Mama seperti cacing kepanasan, dia remas semua yang ada disekitarnya. Korban yang paling kasihan adalah si bantal, karena dengan posisinya yang telungkup, mama secara praktis nyaris tidak mampu bergerak lebih banyak, sepertinya pasrah menerima hantaman-hantaman nikmat dari batang penisku di dalam liang memeknya. Remasan tangannya terhadap si bantal semakin menguat, dan tiba-tiba tubuh mama mengejang. Sesaat kemudian dia menutup mukanya dengan bantal sambil mengerang keras. “Errghhhhhh …” erang mama di balik bantal dengan kerasnya. Mama berusaha meredam erangannya dibalik bantal. Aku menghentikan goyangan pinggulku karena tubuh mama dalam kondisi yang menegang dari biasanya, dan memberikan waktu untuknya mengerang sepuas-puasnya. “Huh … huh … huh …” nafas mama mulai tidak beraturan seperti baru saja berlari sejauh 2 km tanpa berhenti. Setelah nafasnya mulai terlihat sedikit stabil, mama membalikkan tubuhnya menjadi terlentang. “Timmy … kamu bener-bener anak mama yang paling nakal. Pertama berani kurang ajar ama mama, sekarang berani-beraninya gituin mama.” kata mama sambil melebarkan selangkangannya, membuka pintu agar penisku bisa masuk kembali. Mendengar ucapan mama ini, aku tersenyum di dalam keremangan kamar. Kini kamarku penuh dengan hawa nafsu birahi milikku dan mama. Aku sempat berpikir betapa nikmatnya melakukan perbuatan tabu ini bersama mamaku sendiri. Aku melepaskan baju tidurku yang masih melekat di tubuhku dan kemudian tanpa basa-basi lagi, aku kembali menembak masuk batang penisku ke dalam memek mama lagi. “Slep …” bunyi penis memasuki liang memek yang sedang pada posisi basah 100%. Kembali aku menyetubuhi mamaku lagi dengan posisi tubuhnya yang terlentang dengan membuka selangkangannya selebar-lebarnya. “Ahhh … ahhh … sayang … ” desah mama penuh nafsu. Setiap kata desahan yang keluar dari mulutnya seperti memberikan aliran listrik yang mengalir di tubuhku. Memberikan dentuman-dentuman nikmat disekujur tubuhku. Tiba-tiba tubuhku sedikit bergejolak dan penisku seakan-akan mengembang sedikit. Inilah pertanda bahwa permainan tabu ini akan segera berakhir. Aku semakin mempercepat goyanganku dan gesekan penisku semakin aku percepat. Kelicinan liang memek mama sangat membantu proses percepatan gesekan dari penisku, dan memberikan sensasi yang makin lama semakin nikmat. “Timmy sayang … kamu mau datang yah?” tanya mama.“Iya … mama kok bisa tau?” tanyaku heran.“Timmy … ini mamamu … mama tau segalanya tentang anaknya … ” jawab mama sambil terus mendesah.“Ehm … ” responku. Aku sudah akan mencapai klimaks. Aku tau ini tidak akan lama lagi. “Timmy boleh keluar di dalam?” tanyaku.“Di mana pun yang kamu mau sayang … ” jawab mama mesra. Aku menjadi semakin gila rasanya. Kecepatan gesekan penisku semakin aku tambah. Suara desahan mama pun semakin membabi buta dan tidak terkontrol lagi. Tubuhnya kini kembali menegang seperti sebelumnya. “Timmy … mama mau dapet sayang … ahhh ahhh” kata mama yang semakin kacau. Aku merasa telah mencapai 80% mendekati klimaks, dan aku merasa pula sepertinya sebentar lagi mama akan meletup sebelum aku mencari klimaks. “Ahhh … ahhh … Timmy … udah mauu keluarrrr belonnn?” tanya mama seperti cacing kepanasan.“Ntar … ntar lagi …” jawabku dengan nafasku yang mulai terputus-putus. Baru saja aku selesai bicara, tiba-tiba kedua tangan mama mendarat di dadaku dan kedua ibu jarinya mengosok lembut puting susuku. Ulah mama ini memberikan kejutan mendadak terhadap tubuhku. Rasa geli dan nikmat yang luar biasa sewaktu puting susuku digosok-gosok lembut oleh kedua ibu jarinya, membuatku menjadi kalap dan tidak terkontrol. Seakan-akan dia tau kelemahanku yang mana aku tidak pernah menyadari sejak dulu. Di mana yang tadi masih 80% menuju ejakulasi tiba-tiba meluncur dasyat menjadi 100% akibat ulah mama ini. Aku tidak lagi mampu menahan kedasyatan senjata rahasianya yang baru saja mama keluarkan. Aku hentikan gesekan penisku dan menekan sepenuhnya batang penisku ke dalam liang memeknya tanpa ada sisa 1 milimeter pun. “Ahhh … Timmy keluarrrr … ahhh ahhh … ” jeritku tak terkontrol lagi sambil memuntahkan semua air maniku di dalam liang memek mama tanpa ampun sambil memeluk tubuh mamaku. Mama pun juga ikut mengerang, dan lebih dasyat dari yang pertama. Kedua kakinya mengapit pantatku dan menekannya dengan sekuat tenaga seperti berharap agar semua batang penisku tertanam dalam dalam dan memuntahkan semua isinya di dalam liang memeknya. Setelah erangan kami mulai mereda, kami berdua masih bernafas dengan ngos-ngosan. Seperti baru saja lari maraton jarak jauh. Dengan nafas yang masih terputus-putus, aku bertanya kepadanya bahwa senjata rahasia yang dia gunakan sebelumnya mampu menaklukkanku dalam sekejab. Dia mengatakan bahwa daerah itu adalah titik kelemahan papa dan dia sebenarnya tidak menyangka apabila daerah itu adalah titik kelemahanku juga. Like father like son begitulah candanya. Tubuh kami masih saling berpelukan, dan batang penisku masih menancap di dalam memek mama. Aku masih belum ingin menariknya, karena aku suka kehangatan liang memeknya yang kini penuh dengan air maniku sendiri. Aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang ada dengan banyak bertanya. Aku pun bertanya apakah ngga apa-apa aku keluar atau kata lain ejakulasi di dalam memeknya. Mama mengatakan tidak ada masalah, karena dia sudah memakai sistem kontrasepsi rutin. Aku juga meminta maaf kepadanya karena aku khilaf dan tidak mampu menahan kekuatan nafsu birahiku terhadapnya. Namun mama mengatakan tidak pernah dipikirkan lagi, karena dia mengerti kalo aku sedang menuju masa puber. Tapi dia sempat bercanda dengan mengatakan kepadaku bukan karena alasan puberitas yang harus disalahkan sehingga harus menyetubuhi mamanya sendiri. Aku sedikit malu mendengar pernyataan ini. Mama memintaku berjanji untuk tidak mengulangi perbuataan tabu ini. Namun dalam singkat cerita saja, selama mama menghabiskan liburannya di sini, aku selalu saja memiliki akal yang mampu mendorong hatinya untuk aku setubuhi lagi. Aku kurang lebih sudah mengerti apa yang bisa membuatnya terasangsan atau horny. Aku sering menawarkan diri untuk memijitnya setiap malam dan bangun tidur, dan tawaran ini tidak pernah ditolak olehnya. Strategy yang aku gunakan selalu sama saja, dan sering berhasil dengan ampuh. Pernah sekali di suatu malam, sewaktu mama merasa letih dan tidak berminat melayaniku, dimana aku sangat bandel dan berkesan memaksa, akhirnya mama pun menyerah dan pasrah melayani nafsu birahiku karena tidak tega melihatku memohon-mohon padanya untuk dipuasi. Di saat itu juga dia langsung menyerang daerah paling sensitif dan daerah kelemahanku, hanya sekitar kurang dari 2 menit aku sudah mencapai ejakulasiku. Selama 3 minggu liburan mama di sini mirip seperti sedang berbulan madu. Semuanya serba bersama dengannya. Jalan-jalan bersama, liburan ke Sydney dan Melbourne bersama, mandi bersama, tidur bersama, dan bersama-sama melampiaskan nafsu birahi masing-masing. Saat ini sudah 3 bulan berlalu semenjak mama kembali ke Jakarta. Aku sudah tidak sabar menunggu libur kuliah. Aku menjadi kecanduan dengan apa yang dinamakan hubungan suami-istri. Namun aku hanya ingin melakukannya dengan mamaku sendiri. Mungkin di Jakarta nanti, tidak terlalu susah bagiku untuk meminta jatah lagi darinya, karena tidak ada yang akan menaruh rasa curiga terhadap kami, karena kami adalah ibu dan anak. . loading...

cerita dewasa ibu angkat